SEMINAR DAN CALL FOR PAPERS : ARAH BARU GERAKAN DAN STUDI KEISLAMAN DI INDONESIA

Millati merupakan Jurnal Studi Islam dan Humaniora yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga, dalam rangka mewadahi dan mengembangkan studi keislaman di Indonesi. Jurnal Millati, yang baru merilis Volume 1 pada tahun 2016 lalu,  ternyata mendapatkan animo yang begitu besar dari insan akademis di seluruh Indonesia. Hal demikian cukup nampak dalam membeludaknya peserta “Seminar dan Call for Papers” yang digelar di The Wujil Resort & Convention pada tanggal 17-18 April 2017.

Prof. Dr. H. M. Machasin, M.A. Saat Memberikan Materi

Seminar yang berlangsung dua hari ini menghadirkan keynote speaker Prof. Dr. H. M. Machasin, M.A. (Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) dan Dr. Benny Ridwan, M.Hum (Dekan Fakultas Ushuludin, Adab, dan humaniora). Menurut Dr. Benny Ridlwan, M.Hum,  acara Seminar dan Call for Papers yang mengangkat tema “Arah Baru Gerakan dan Studi Keislaman Indonesia” tersebut mampu menjaring sekitar 67 artikel yang berasal dari para mahasiswa, dosen, dan peneliti di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Setelah diseleksi oleh tim redaksi, terhitung hanya 47 artikel yang lolos dan terpilih untuk dipresentasikan dalam acara tersebut.

Pemakalah Dan Tamu Undangan

Pemakalah Dan Tamu Undangan

 

“Itu artinya, jurnal Millati di tahun 2017 ini sudah siap diterbitkan dengan artikel yang masuk melalui pertemuan ini,” ujar Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora.

Dr. Benny Ridwan, M.Ag. Saat Memberikan Sambutan
Lebih jelas Prof. Dr. H. M. Machasin, M.A. dalam menyampaikan materinya mengatakan, gerakan anti klimaks di Indonesia yaitu gerakan Islam dengan agama satu pilihan. Yaitu, model apabila tidak sesuai dengan pilihan maka disebut kafir, jadi Islam itu hanya satu. Tetapi setidaknya ada tiga variabel yang harus diperhatikan dalam arah baru pergerakan keislaman, yaitu: kenyamaan hidup, keadilan, dan kehormatan bagi muslim di negeri ini.

“Jadi selama kenyamanan hidup tidak baik, keadilan dirasakan diciderai, serta kehormatan bagi muslim tidak dihormati, maka gerakan keislaman akan bersifat profokatif dan radikal,” imbuh Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Seperti yang pernah disampaikan oleh Gus Dur, bahwa dalam merekayasa keislaman di Indonesia perlu mempertimbangkan “apa” yang dialami oleh bangsa ini secara keseluruhan.

Sumber Berita: http://iainsalatiga.ac.id/web/arah-pergerakan-keislaman-di-indonesia/#more-6439

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *