MAHASISWA IAT MENERIMA MAARIF FELLOWSHIP 2017

MK Ridwan menerima beasiswa dari Maarif Institut

Mahasiswa mempunyai identitias khusus, yaitu salah satunya adalah penelitian. mahasiswa patut dibanggakan dengan penelitiannya. mahasiswa IAIN salatiga program studi ilmu al qur’an dan tafsir menerima beasiswa dari Maarif Institut, sebuah institusi bergengsi yang konsern dalam bidang kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan. Maarif Institut lembaga yang mempunyai sekala level nasional.

Ridwan saat presentasi

MK Ridwan mendapatkan beasiswa penelitian dengan judul “Rethinkking Mustawhik dan Implikasinya terhadap posisi mantan narapidana terorisme sebagai golongan penerima zakat”. peran Ridwan dalam kancah penelitian akan menjadi pemantik terbukanya peran serta mahasiswa fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora yang lain dalam konteks penulisan karya ilmiah, penelitian bahkan pengabdian masyarakat bersekala nasional.

PPL Prodi IAT Di PSQ Jakarta

Mahasiswa IAT foto bersama Prof. Dr. Qureish Shihab.

Mahasiswa IAT berkesempatan PPL pada tahun ini bertempat di Pusat Studi Al qur’an yang didirikan oleh mufassir kenamaan di Indonesia yaitu Prof. Dr. qureish Shihab. Mahasiswa berkesempatan bertemu langsung dengan tokoh-tokoh yang serius dalam bidang tafsir. Berikut diantara pengajar di PSQ: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Prof. H. Asep Usman Ismail, MA, Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA, Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA, Dr. Khusnul Hakim,MA, Dr. Muchlis M. Hanafi, MA.

Mahasiswa yang PPL tersebut dilaksanakan selama dua minggu, yaitu dari tanggal 25 september-10 oktober 2017 berkesempatan belajar tentang I`jaz Lughawi fi Alquran, Munasabah Alquran, Visi Sosial Alquran, Peta Studi Alquran, Ilmu Qira’ah, Publik Speaking, Studi Literatur berbasis ICT. Banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan selama “nyantri” di PSQ. Selain di PSQ mahasiswa juga diberi kesempatan oleh Dr. Muhlis Hanafi untuk mengunjungi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA) belajar tentang mushaf al-Quran yang akan dicetak oleh penerbit dan percetakan berdasarkan pada mushaf standar Indonesia. Mengembangkan kajian keislaman, khususnya dalam bidang tafsir. mengumpulkan naskah-naskah/literatur kuno Alquran dari berbagai penjuru. Selain itu, di LPMA juga terdapat museum Bayt al-Quran. Didalamnya terdapat banyak naskah Alquran kuno, artefak, dan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perkembangan Alquran di Nusantara.

Mahasiswa PPL juga dilibatkan dalam aktivitas santri sehari-hari. Seperti belajar Tahsin, Tahfidz, dzikir, yasinan, sholawatan dan aktivitas/kegiatan lainnya. Sehingga secara tidak langsung membangun kekuatan emosional/mental dan kesehatan ruhani santri maupun mahasiswa. Yang tentu tidak pernah didapat dalam perkuliahan dikampus.

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora “mengunduh” Doktor (lagi)

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora “mengunduh” Doktor (lagi)

Dr. Agus Ahmad Suaidi foto bersama penguji

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora mendapatkan “berkah” lagi. Kali ini dosen prodi Akidah dan Filsafat Islam yang berada dibawah fakultas ushuluddin, “mengunduh” doktor baru, menjadi amunisi baru untuk menjadi Fakultas yang lebih kuat secara keilmuan. Bapak Dr. Agus Ahmad Suaidi menjadi doktor pada 4 oktober 2017

Dr. Agus merampungkan program doktornya pada prodi ilmu filsafat fakultas filsafat universitas gadjah mada (UGM) dengan desertasi yang berjudul “Problem Kejahatan Dalam Perspektif Fenomenologi Edmund Husserl, Kontribusinya Bagi Penguatan Landasan Filosofis Sila Ktuhanan Yang Maha Esa”. Penulisan yang dipromotori Dr. Arqom Kuswanjono dan Prof. Dr. M. Muskhtasar Syamsuddin S. M.Hum, Ph.D of Arts sebagai ko-promotor mendapatkan predikat “sangat memuaskan” dari majlis sidang ujian doktor tersebut.

MAKRAB FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

Makrab Fakultas, Ushuluddin, Adab dan Humaniora bertemakan ”Satukan Perbedaan, Rekatkan Kekeluargaan Demi Terwujudnya FUADAH yang Berkualitas” dilaksanakan di Thekelan, Kopeng, Getasan, Kab. Semarang, sebuah tempat dilereng gunung merbabu yang asri dan dipenuhi dengan ketenangan, keramahtamahan dan keindahan ini berlangsung seru, penuh keakraban. bahkan pelaksanaan makrab fakultas ini tidak hanya di lapangan dan masjid, tapi juga dilaksanakan di vihara yang berada di sekitar thekelan. pengalaman ini tentu akan menambahkan pengalaman persatuan dalam keberagaman dalam realitas masyarakat.

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Dr. Benny Ridwan. dalam sambutan pembukaan makrab, selain menegaskan nilai-nilai persahabatan dan kebersamaan antar mahasiswa juga memberikan materi tentang hablumminallah, hablumminannas dan hablum minal alam. nilai-nilai kontekstual yang berada disekitar mahasiswa dan masyarakat.

acara makrab yang diketuai oleh Diana Trisnawati ini berjalan dengan lancar. makrab berangkat dari kampus 2 IAIN Salatiga jum’at sore dan berakhir penutupan oleh Dr. M. Ghufron minggu siang. kegiatan seru yang dilaksanakan dalam acara tersebut diantaranya adalah outbond, diskusi setiap jurusan, khatmil qur’an, shalat berjamaah, api unggun dan banyak game-game seru lainnya. dengan adanya acara ini semoga fakultas ushuluddin, adab dan humaniora semakin hangat dan penuh semangat kedepannya.

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN HUMANIORA TAMBAH DOKTOR BARU

Dr. Mubasirun menerima ucapat selamat dari Tim Penguji sesaat selah dinyatakan lulus

Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora, Khususnya prodi Bahasa dan Sastra Arab IAIN Salatiga patut bersyukur, karena dalam tahun 2017 ini berhasil menambah Doktor baru yaitu Dr. H. Mubasirun setelah berhasil mempertahankan disertasinnya di hadapan tim penguji UIN Sunan Kalijajada Yogyakarta pada tanggal 10 Agustus lalu.
Dr H Mubasirun dalam disertasinya menyatakan bahwa berbagai persoalan bangsa masih terus terjadi di Republik ini, di antaranya persoalan disintegrasi yang tentu saja akan menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan NKRI.Ironisnya ancaman itu justru dating dari bagian umat Islam itu sendiri yang berkeinginan mendirikan Negara khilafah. Kitab tafsir Indonesia yang menjadi rujukan umat dalam memahami dan menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan adalah tafsīr an-Nūr, al-Azhār dan al-Mishbāh yang masing-masing ditulis oleh Hasbi ash-Shiddieqy, Hamka dan M. Quraish Shihab. Ketigannya pernah berkecimpung di dunia akademik, pemerintahan dan politik. Namun mereka memiliki pengalaman dan sikap yang berbeda-beda terhadap pemerintahan di zamannya masing-masing. Di sinilah letak daya tarik ketiga tafsir tersebut untuk dikaji, sehingga penulis melakukan kajian ini dengan judul “KHALIFAH DALAM TAFSIR INDONESIA (Studi terhadap Tafsīr an-Nūr, Tafsīr al-Azhār, dan Tafsīr al-Mishbāh)” dengan fokus kajian penafsiran ayat-ayat khalifah. Sebagai tujuan dari kajian ini adalah untuk menemukan konsep pemahaman makna khalifah, khususnya dalam konteks kekuasaan politik. Di samping itu juga untuk menemukan faktor-faktor yang melatar-belakangi munculnya gagasan Hasbi, Hamka dan Quraish Shihab tentang makna khalifah yang ternarasikan dalam Tafsīr an-Nūr, Tafsīr al-Azhār, dan Tafsīr al-Mishbāh).

Dalam disertasinya, Mubasirun menyatakan bahwa makna khalifah dalam konteks kekuasaan, setiap pemimpin yang menguasai suatu wilayah tertentu adalah khalifah yang bertugas untuk membumikan hukum Allah, menciptakan keharmonisan masyarakat, membuat baik hubungannya dengan Allah, memelihara akal, budi dan budaya. Dengan demikian Khalifah bukanlah dimaksudkan sebagai pemimpin keseluruhan umat Islam dalam Negara Khilafah. Hasbi, Hamka, dan Quraish Shihab merupakan tokoh intelektual yang religiaus-substansialis ( RELITANSIALISME ) yang tidak mengedepankan simbol-simbol agama ( Islam ) dalam praktik-praktik kekuasaan.