HMPS Bahasa dan Sastra Arab Mendatangkan Sastrawan Milenial

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bahasa dan Sastra Arab IAIN Salatiga mengadakan seminar sastra nasional. Acara ini dilaksanakan pada Rabu, 20 November 2019 di Auditorium gedung Ahmad Dahlan, kampus 3 IAIN Salatiga. Acara bertemakan “Tanpa Sastra Hidup Tak Bermakna, Tanpa Literasi Hidup Tak Berarti” behasil menarik perhatian peserta. Acara ini mengundang  Kak Genta Kiswara,  seorang Sastrawan milenial dari Yogyakarta yang telah menerbitkan 4 buku dan ditemani oleh Kak Tepe dari penerbit Gradien Mediatama. Selain itu, acara dipandu langsung oleh moderator lulusan Bahasa dan Satra Arab IAIN Salatiga, Kak Sayyidatina Anzalia. Ia juga seorang sastrawati dan sekarang sudah menjadi guru di Kampung Inggris Pare Kediri.

“Acara ini merupakan acara tahunan dan menjadi program kerja tetap dari HMPS Bahasa dan Sastra Arab. Dengan adanya acara ini, mahasiwa diharapkan bisa lebih mendalami dunia menulis dan memiliki konsistensi dalam menulis.” Ujar Rimayatul Khoiroh, selaku panitia acara tersebut. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan dibuka secara formal. Bapak Supardi selaku wakil dekan 1 Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora menyampaikan sambutan dan membuka acara tersebut. Selajutnya ada hiburan singkat dari mahasiwa Bahasa dan Sastra Arab berupa menyanyi. Pukul 09.30 WIB seminar dimulai. Seminar tersebut berkonsep talkshow sehingga ada kesan santai dalam penyampaiannya. Seminar dipandu oleh kak Sayyidatina selaku moderator dan bertugas memantik pembicara. Kak Genta menyampaikan bagaimana awal mula ia terjun ke dunia sastra sampai melahirkan beberapa karya. Kak genta juga memotivasi peserta agar menulis dijadikan kegiatan yang bermanfaat dan mempunyai dampak kebaikan. “Dengan menulis maka akan menciptakan hal yang bermanfaat seperti melahirkan karya atau buku. Menulis juga mampu menjadikan keeratan keluarga seperti yang saya alami.” Tutur Kak Genta Kiswara.

Tidak hanya itu, Kak Tepe menyampaikan tentang bagaimana menerbitkan karya dan memotivasi peserta untuk memanfaatkan media sosial sebagai ruang menulis. Seminar sastra ini tembus 238 pendaftar. Sebagian besar pedaftar dapat menghadirinya dan mereka juga antusias dalam mengikutinya. “Baru pertama ini saya mengikuti seminar yang membuat saya temotivasi. Pembicara dan moderator yang luar biasa membuat peserta antusias. Saya juga berharap dengan saya mengikuti seminar ini, saya bisa lebih tertarik lagi untuk menulis.” Tutur Linda Mardiana, peserta seminar tersebut. Sebelum seminar ditutup, Kak Genta menghibur peserta dengan bernyayi dan memainkan gitar. Selanjutnya dilakukan foto bersama dengan peserta. Pukul 12.15 WIB, seminar tersebut selesai. (Trimo Wati/BSA)

KULIAH TAMU: Pakar Sejarah Dari Pakistan Timur (Bangladesh) Hadir Di IAIN Salatiga

Salatiga, Segenap civitas  Program Studi Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga selenggarakan Kuliah Tamu pada hari Selasa (19/11/19) di Masjid Ath-Thayar Kampus 2 IAIN Salatiga. Kuliah tamu ini mengangkat tema “ Perjalanan Sejarah Peradaban Islam: Analisis Geo Kultur”.

Kuliah tamu ini dihadiri oleh segenap para dosen Sejarah Peradaban Islam, Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam, dan seluruh mahasiswa Sejarah Peradaban Islam. Tak lupa pula di hadiri oleh tamu spesial dari Pakistan Timur selaku pemateri kali ini, yaitu Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A., M. A. 

 “ Tujuan dari kuliah tamu ini sendiri tidak lain untuk memberikan kesadaran kepada para mahasiswa Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga serta menindak lanjuti apa yang nanti akan di sarankan oleh pemateri” . ucap pak Dekan 1 Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora dalam sambutannnya sekaligus secara resmi membuka acara.

Yang perlu diketahui oleh mahasiswa sejarah adalah bahwa cikal bakal dari munculnya pemahaman Islam Nusantara adalah berawal dari gagasan Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A., M. A.. “ Dimana kondisi geografis di Indonesia mempengaruhi cara berfikir orang Indonesia yang ramah tamah. Karena apa? Indonesia terdapat 8 mata angin yang saling bertabrakan kemudian mencair lalu mempengaruhi pikiran manusia yang ada di daerah Indonesia”. 

Kita harus hati-hati dengan pemahaman para orientalis yang mengatakan bahwa Islam datang dengan pedang darah dan jiwa. Perkataan seperti ini muncul, karena sektor perekonomian orang-orang orientalis akan terambil alih apabila Nabi Muhammad berhasil menyebarkan agama damai ini. Bahkan, seorang Pastur Suriah pun mengatakan bahwa Islam itu menyebar bukan karena ekspansi melainkan melalui jalur damai.

Sebagai penutup dari paparan pemateri. “ perbedaan penyebaran Islam di Jawa dan Sumatera adalah dimana penebaran Islam di Jawa Islam datang dengan menyesuaikan dengan kultur yang ada di Jawa. Tapi, di Sumatera kultur yang ada di daerah harus merujuk pada syari’at Islam “.

TRANSMISI HADITS DI ERA DIGITAL DAN GLOBALISASI

Himpunan mahasiswa program studi Ilmu Hadits, Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Humaniora (Fuadah), IAIN Salatiga.Telah berhasil menyelenggarakan agenda seminar nasional yang diadakan pada hari  kamis tanggal 24 Oktober 2019, kegiatan tersebut dilaksanakan di aula kampus 2 (dua) IAIN Salatiga. Dalam seminar nasional  itu mempunyai dua tema berbeda, akan tetapi tidak jauh perbedaannya, sehingga dalam kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yang mempunyai basik dalam pengerahuan  hadits, narasumber yang pertama yaitu Dr. A. Hasan Asy’ari Ulama’i, M.Ag yang menjelaska tema “Transmisi hadits di era digital dan implikasinya dalam studi hadits”. Narasumber yang kedua dihadiri oleh Dr. Rikza Muqtada, S,Th,I, M.Hum yang menjelaskan pemaparannya mengenai tema ”Transmisi Hadits Di Era Globalisasi Teknologi Informasi”.

Pada Seminar nasional yang diadakan oleh HMPS Ilmu hadits tersebut diikuti oleh mahasiswa-mahasiswi fakultas ushuluddin, adab dan humaniora  dan beberapa dosen jurusan ataupun dosen fakulktas fuadah dalam kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh perwakilan dari dekanat dengan harapan adanya acara tersebut,mahasiwa mampu meneysuaikan pengetahuan, wawasan  dengan kondisi zaman sekarang ini. Fitri Mawatul Mukaromah (Ketua HMPS ILHA) menuturkan dalam sambutannya,”Tujuan dengan adanya seminar nasional ini, kita mampus memaksimalkan dan mampu mengembangkan hirroh kajian hadis juga selain itu para peserta agar bisa memanfaatkan beberapa litatur kajian hadits yang berbentuk digital tanpa melupakan kajian pada zaman klasik”.

Ahmad Darojat Jumadil Kubro, salah satu mahasiswa Ilmu Hadits angkatan 2016 yang menjadi moderator pada jalannya kegiatan tersebut menemani kedua materi dari awal sampai selesainya kegiatan. Pada pemateri yang pertama diawali oleh Dr. A. Hasan Asy’ari Ulama’i, M.Ag yang memaparkan “Bahwa pada era globalisasi ini kita bisa membedakan bagaimana kondisi antara zaman sebelum globalisasi dimulai dengan globalisasi yang penuh dengan teknologi seperti zaman sekarang ini, lebih khusus dalam kajian hadits ini kita bisa lihat ketika para ahli hadits zaman dahulu ketika mentransfer ilmunya dengan cara menghafal dan berkumpul dalam satu majlis, berbeda dengan zaman sekarang, seorang bisa mengakses berbagai aplikasi hadits yang bisa membantu orang ketika hendak mengkaji hadits”. Tidak jauh berbeda dengan pemaparan pemateri yang pertama, pada pemateri yang kedua yang disampaikan oleh  Dr. Rikza Muqtada, S,Th,I, M.Hum menjelaskan bahwa segala sesuatu pada zaman sekarang proses transmisi hadits tidak diperhatikan secara sanad gurunya (praktis) seorang bisa mengetahui hadits bisa langsung akses dengan cara mencari di google tanpa mengetahui kualitas sanad dan matannya, berbeda dengan zaman para sahabat dan penerus lainnya, mereka mengkaji benar – benar hadits – hadits yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW dan menulusuri sumber nya apakah benar atau terjadi kekeliruan.

Prodi Ilmu Al-Quran Tafsir IAIN Salatiga Undang K.H Arwani Al-Hafidz, Adakan Pelatihan Tahsin dan Tahfidz Yanbu’a

Salatiga, 2 November 2018. Sebanyak …. peserta ikuti Pelatihan Tahsin dan Tahfidz Yanbu’a yang diselenggarakan oleh  Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Salaga. Kegiatan pelatihan ini, diselenggarakan di Masjid Ath-Thayyar Kampus II IAIN Salatiga yang dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pada pukul 16.00 WIB.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu’ul Qur’an, yakni K.H Ulil Albab Arwani Al-Hafidz. Selain itu, Bapak Pramusinta selaku perwakilan pemerintah Kota Salatiga turut hadir dan membuka acara tersebut. Kemudian dari pihak civitas akademika, dihadiri langsung oleh Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Bapak K.H Sidqon Maesur, Lc. MA., Wakil Dekan 3 Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Bapak Drs. Abdul Syukur, M.S.i. serta segenap Kepala Jurusan, dosen, dan karyawan Fakultas FUADAH. Pelatihan ini dihadiri oleh 209 mahasiswa IAIN Saltiga. Selain mahasiswa, peserta pelatihan tahsin dan tahfidz ini dihadiri oleh Para Asatid dan Guru Ngaji TPQ yang tersebar diwilayah kota salatiga, kabupaten semarang dan sekitarnya yang berjumlah …..

Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Ilmu Al-Quran Tafsir mengharapkan kepada para peserta bahwasannya, usai pelatihan para peserta mampu memiliki kompetensi dan menularkan ilmunya ketika berkhidmah di masyarakat, “Kegiatan ini diharapkan untuk bisa membekali para mahasiswa dan guru-guru TPQ dilingkungan Salatiga, Kabupaten Semarang dan sekitarnya agar mereka memiliki kompetensi yang pas yang baik, dibidang tahsin dan tahfidz Al-Qur’an dengan sanad yang bersambung sampai Rasulullah SAW (Ittishalus Sanad). Dan juga ini diharapkan kepada para mahasisawa, terutama prodi Ilmu Al-Quran Tafsir dan lainnya, mempunyai semacam syahadah atau sertifikat agar dia juga siap mengajarkan Al-Qur’an di masyarakat” terang Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Lanjutnya, “Harapannya bahwa mahasiswa bisa mengambil manfaat dengan baik,  bisa menerapkan ilmu yang mereka dapatkan. Nanti ketika mereka berkhidmah di masyarakat, bekal ini diharapkan bisa ditularkan kepada para murid di sekitarnya seperti itu”.

Memang salah satu yang menjadi  keistimewaan dalam pelatihan ini adalah kehadiran K.H Ulil Albab Arwani Al-Hafidz, yang mana beliau adalah salah satu yang keilmuan Al-Qur’annya diakui. Selain itu pelatihan ini diharapkan memberikan motivasi kepada mahasiswa dan guru tpq di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dan sekitarnya untuk terus semangat mengkaji lebih dalam mengenai studi Al-Qur’an, Tahsin, dan Tahfidz.

Dalam kesempatan ini Wakil Rektor 3 menyatakan mendukung penuh mahasiswa yang belajar dan menghafalkan Al-Qur’an. “Insya Allah IAIN Salatiga akan terus memberikan perhatiannya terhadap studi Al-Qur’an dan kepada mahasiswa-mahasiswi yang menghafalkan Al-Qur’an baik satu jus dua jus sampai hafal Al-Qur’an tsalasiina juz’ah”. Terang Pak Wakil Rektor 3 yang akrab disapa Pak Sidqon. Hal ini menunjukkan baik lembaga maupun fakultas serius memberikan perhatian penuh kepada para penghafal dan studi tentang Al-Qur’an.

Wali Kota yang dalam sambutannya diwakili oleh Bapak Pramusinta, mengungkapkan bahwa “Metode Yanbu’a tidak sekedar metode belajar membaca Al-Qur’an, tetapi juga menjadi motivasi bagi peserta untuk terus belajar membaca Al-Qur’an dengan lebih fasih dan menumbuhkan semangat menghafal. Pelatihannya juga lebih menarik karena ada berbagai contoh bacaan qiro’ah sab’ah”.(Iqbal/Red)

SEMARAK GEBYAR BUDAYA FUADAH IAIN SALATIGA 2019

SALATIGA- Rangkaian Gebyar Budaya Fuadah 2019 oleh sejumlah organisasi Mahasiswa (ORMAWA) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUADAH) IAIN Salatiga, Rabu – Jum’at 30 Oktober – 1 November 2019.

Mengangkat tema “Witing Tresno Jalaran Seko Budoyo” dengan maksud cinta pada budaya akan timbuh karena terbiasa.  Ungkapan dari salah satu panitia yang mengusung tema tersebut.

Rangkaian gebyar budaya yang sangat unik pada tahu ini diawali oleh Bazar yang diikuti oleh UKM daerah salatiga serta Lomba Band yang diikuti oleh SMA Sederajat se-Salatiga. “Kajuaraan Lomba Band yang dipersembahkan pada hari kedua, dimenangkan oleh grup band dari MAN 1 Salatiga sebagai juara 1 dengan nama band Kyai Tapel, SMA N 2 Salatiga dengan nama band Detour,sebagai juara 2, dan BAKURA Band sebagai Juara 3.”

Dilanjut hari keduanya Panggung dari Mahasiswa FUADAH dengan tujuan memberikan kesempatan  kepada para mahasiswa untuk menunjukan skill nya didepan khalayak banyak. Dan FUADAH Bersholawat yang menjadi acara Puncak.

Fuadah Bersholawat mengangkat tema “Sambung rasa, Islam dan budaya untuk Indonesia”, panitia  memiliki harapan dan tujuan penyelenggaraan acara. “karena duduk satu majelis dengan latar belakang yang berbeda, sama-sama berkhidmah dalam bersholawat sebagai bukti cinta kepada Rasul dan mengharap Syafaat untuk Indonesia.” Tegas Azka Awaly, selaku ketua Panitia. “Kita Harus menjadi penerus bangsa yang menyebarkan Islam dengan Rohmatan Lil’alamin tanpa merusak budaya untuk Indonesis damai,” Tambahnya.

Begitu halnya ketua DEMA FUADAH, Makmun Baehaki berharap acara ini menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa IAIN Salatiga dan masyarakat sekitar pada umumnya.

Dekan FUADAH, Dr. Benny Ridwan, M.Hum., megutarakan harapan dalam sambutannya. “Acara ini semoga mengantarkan kita pada puncak spiritualitas, lebih dekat kepada Allah dan Rasul, lapang Pikiran dan luas wawasan untuk mnjadi insan yag berbudi pekerti.”

FUADAH bersholawat menjadi puncak acara Gebyar Budaya Fuadah setelah menggelar beberapa acara dihari Rabu dan Kamis yang bertempat di Kampus II IAIN Salatiga Bersama Al-Habib Farid bin Al-Munawar yang di iringi Grup Hadroh all Muqqorobin, mengundang antusias mahasiswa dan masyarakat sekitar.

(Fitmaw)