JURUSAN SPI HIDUPKAN LAGI FORUM HISTORIA

IMG_20170222_135449Hari Rabu 22 Februari 2017 lalu adalah momentum membanggakan bagi jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) IAIN Salatiga yang kini beralih nama jurusan (prodi) Sejarah Peradaban Islam (SPI). Pada kesempatan tersebut tampil sebagai nara sumber adalah Ghifari Yuristiadh. Ghifari Yuristiadh adalah alumni prodi sejarah UGM Yogyakarta UGM  yang kini kesibukan sehari-harinya sebagai dosen di Prodi Kepariwisataan SU UGM. Pria kelahiran Kudus ini  memaparkan hasil penelitiannya bersama Bambang Purwanto berjudul Transformation of Charities By Islamic Social Movements In Yogyakarta, 1912-1931: A History Of Islamic Wealth Management. Hasil penelitiannya menghasilkan temuan bahwa sejak awal abad ke-20 di Yogyakarta telah terjadi transformasi kedermawanan masyarakat Muslim dari yang semula berjangka pendek -seperti zakat fitrah, bersifat pemberian sultan, dan dikelola oleh lembaga pengulon menjadi kedermawanan berjangka panjang -dalam bentuk wakaf, diberikan oleh perseorangan, dan dikelola oleh organisasi-organisasi Islam modern seperti Muhammadiyah, Sarekat Islam, Aisyiyah, dan sebagainya. Bersamaan dengan transformasi itu terjadi pula institusionalisasi kedermawanan oleh organisasi-organisasi Islam tersebut dalam bentuk pemanfaatan sedekah dan wakaf untuk kegiatan-kegiatan pelayanan masyarakat dan keagamaan seperti pendirian poliklinik, sekolah, panti asuhan, syiar Islam, pendirian langgar dan lain-lain.

Terjadinya transformasi dan institusionalisasi kedermawanan itu sendiri didorong empat momentum: 1) dampak panjang ekspansi perkebunan, 2) reorganisasi tanah, 3) hadirnya santri urban, dan 4) dinamisasi pengulon dan hadirnya gerakan Islam di Yogyakarta. Gerakan kedermawanan ini bisa pula dilihat sebagai respon secara elegan atas kehadiran gerakan zending dan missie yang dilindungi pemerintah kolonial. Transformasi dan institusionalisasi kedermawanan Islam di Yogyakarta pada awal abad ke-20 menjadi pelajaran penting bagaimana umat Islam pada masa itu mampu menjawab tantangan zaman lewat implementasi ajaran Islam pada tataran praksis dengan memanfaatkan sarana-sarana mutakhir.

Jurusan SPI berhasil menghidupkan kembali diskusi rutin untuk dosen dan mahasiswa sejarah juga umum yang pernah mati suri. Jurusan Sejarah Peradaban Islam menyelenggarakan diskusi rutin ini tiap sebulan sekali pada hari Rabu, minggu terakhir pukul 08.00 sampai 10.00 WIB. Tema yang diangkat seputar dunia sejarah  dan perubahan sosial budaya. Diskusi rutin Historia (22/2) lalu dihadiri selain dosen dan mahasiswa jurusan SPI juga dari UKSW Salatiga. (ADF/AJI)

 

HMJ IAT MENGIKUTI MUKERNAS FKMTHI DI YOGYAKARTA

Untuk meningkatkan kerjasama dan ukhuwah antar program studi IAT di seluruh Indonesia, HMJ IAT mengikuti MUKERNAS (Musyawarah Kerja Nasional) FKMTHI (Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia). Mukernas ini diadakan di STAI Pandanaran Yogyakarta pada tanggal 25-27 maret 2016.adapun utusan HMJ IAT IAIN Salatiga adalah husain imaduddin (ketua HMJ), M. Nur hasan Mudda’I, Fissabil ibrahim, dan M. khalil Ridwan.

s

 

 

Mahasiswa mengikuti  seminar nasional dan Mukernas FKMTHI di Yogyakarta

KHATMIL QUR’AN MAHASISWA IAT

Dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan dan kepribadian mahasiswa IAT, Jurusan IAT rutin mengadakan khatmil Qur’an untuk seluruh mahasiswa IAT. Kegiatan ini dilakukan untuk mengawali kuliah dan mengakhiri kuliah pada setiap semester. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan kecintaanuntuk membaca, memahami dan mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari.

cb

SEMINAR NASIONAL IAT

a

Hmj IAT mengadakan seminar nasional tentang hermenetika. Seminar ini mengambil tema tentang epistemology Tafsir Kontemporer: Integrasi hermeneutika dalam metode penafsiran al-qur’an. Pembicara dalam seminar ini adalah Dr. Phil. Sahiron Samsudin dari UIN Yogyakarta dan Dr. islah Gusmian dari IAIN Surakarta.

Memperbincangkan al-Qur’an adalah sebuah keniscayaan bagi umat Islam. Karena al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat. Utuk itu al-Qur’an harus difahami isinya. Untuk mendapatkannya seseorang harus mendapatkan penjelasan yang layak.

Berkaitan dengan tafsir al-Qur’an, sekarang ini banyak mahasiswa dan pegiat studi al-Qur’an membicarakan tentang hermeneutika. Bahkan atas nama hermeneutika, telah lahir penafsiran-penafsiran baru. Namun penggunaan hermeneutika dalam menafsirkan al-Qur’an belum sepenuhnya diterima oleh kalangan ulama’. Rasa Barat centris dan kesan tradisi lain (baca Kristen) turut memberi warna pada keberatan sebagian ulama terhadap hermeneutika.

Di sinilah dikupas tuntas tentang hermeneutika dan integrasinya terhadap metode penafsiran al-Qur’an.