Home

Mahasiswa Prodi SPI Sabet Juara III Duta IAIN Salatiga

Salatiga, 20 September 2019–Event Pemilihan Duta Mahasiswa IAIN Salatiga menjadi agenta rutinan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Duta mahasiswa (PANDAMA) IAIN Salatiga. Sejauh ini sudah berlangsung 3 angkatan pemilihan Duta Mahasiswa IAIN Salatiga yang dimulai pada tahun 2015 dengan M Sabar Prihatin sebagai duta angkatan pertama.

“Menjadi Duta IAIN Salatiga bukanlah hal yang mudah dan bukan untuk dipamerkan atau dibanggakan. Terdapat nilai moral yang diemban, yaitu menjadi perwakilan mahasiswa untuk tampil di depan sebagai promotor, pelopor, dan kontributor”, tutur Muna ketika diwawancarai tim jurnalis FUADAH.

Pada Pemilihan Duta IAIN Salatiga tahun 2019 ini, Muhammad Khoirul Muna, atau yang akbar dipanggil Muna telah memecahkan rekor sebagai Juara 3 Duta IAIN Salatiga dari Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora. Pada dua angkatan sebelumnya, tidak ada satu pun delegasi dari FUADAH yang berlaga di ajang Pemilihan Duta IAIN Salatiga.

“Saya bangga, sekaligus ingin mengajak teman-teman mahasiswa FUADAH yang lainnya untuk menunjukkan eksistensi diri di bidangnya masing-masing, menjadi teladan setidknya untuk dirinya sendiri, umumnya untuk orang lain,” ungkapnya.

Ketika ditanyai mengenai kendala atau kesulitan yang dialami ketika menjalani proses pnjang seleksi Duta IAIN Salatiga, Muna mengungkapkan bahwa bidang penguasaan materi Bahasa Arab dan Inggris menjadi salah satu hal yang membutuhkan perhatian penuh untuk mempersiapkannya. Meski sedikit kesulitan, ia tetap optimis dengan menggali potensi di bidang lainnya seperti penampilan pentas seni. Dengan segenap kemampuannya di bidang Tarik suara dan drama, ia berhasil memadukan drama, puisi, dan dolawat dakam penampilan berdurasi 5 menit. Penampilan solo ini berhasil memukau berbagai kalangan penonton.

Fajar Purwaningsih, atau yang lebih familiar disapa dengan Mbak Fafa merupakan juara Duta IAIN Salatiga tahun 2017 sekaligus menjadi ketua Pnitia dan Paguyuban Duta Mahasiswa (PANDAMA) IAIN Salatiga tahun 2019 menuturkan bahwa Penyelenggaraan Pemilihan Duta IAIN Salatiga ini berada langsung di bawah naungan rektorat. Hal ini dikarenakan fungsi Duta IAIN Salatiga akan sangat dibutuhkan oleh pihak kampus dalam berbagai event besar. (Firdan/SPI)

KKL Prodi AFI: Momen Ekspedisi Cross Culture Studies

Salatiga, 18 September 2019­ – Program Studi AFI (Aqidah dan Filsafat Islam) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga  telah melaksanakan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang di ikuti oleh mahasiswa AFI angkatan 2016 serta di dampingi oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapangan).

Sangat jauh berbeda dari KKL tahun sebelumnya, yakni KKL Prodi AFI pada tahun ini  memilih tempat ke luar pulau  Jawa tepatnya ke pulau Bali. Kegiatan yang dilaksanakan pada 2 April- 6 April 2019 yang lalu menjadikan Bali Aga, Hinduisme Majapahit dan Islam Minoritas di Bali sebagai tujuan utama.

“Untuk memahami keislaman Jawa menjadi mustahil tanpa memahami Hindu, sebab Hindu di Jawa telah hilang maka harus ke Bali untuk memahami Hindu. Sebagai representasi yang sama atas Hinduisme Majapahit”. Ujar Panis Dhbi Salam, selaku dosen pembimbing sekaligus ketua pelaksana KKL AFI. Alasan utama yang mengharuskan KKL tahun ini ke Bali yaitu lebih cocok untuk mahasiswa Filsafat, karena  destinasinya sangat banyak ketimbang tahun sebelumnya yang hanya ke perpustakaan di Jakarta.

Menurut Yunita salah seorang mahasiswa angkatan 2016 menceritakan tempat-tempat yang dikunjungi yaitu, pertama kampung Gel-Gel, disinilah kampung yang berpenduduk mayoritas Islam terbesar di Bali. Kedua yaitu Puri Semarapura, yaitu Puri terbesar di Bali. Ketiga desa Panglipuran, desa adat  terbersih kedua sedunia, dan terakhir ke Bajrasandi. “Alasan tujuan kita memilih ke Bali yaitu, ingin mengetahui filsafat hidupnya orang-orang Bali terkhusus Hindu  yang sangat kental sekali akan filsafat hidupnya”. Ujar Yunita.

Sebagai bentuk kemandirian, pemilihan lokasi KKL hingga mencari biro-biro ini ditentukan oleh mahasiswa itu sendiri tanpa adanya pakasaan dari pengelola Program Studi. Salah satu bonus pemilihan lokasi ke Bali yaitu menginap di hotel yang berdampingan dengan pusat Westernisasi (kehidupan orang Barat), sangat komplit sekaligus menjadikan nilai plus bagi mahasiswa karena selain mengetahui kehidupan masyarakat di Bali mereka juga mengamati kehidupan orang Barat. “Harapan KKL tahun depan, Saya ingin melihat minat mahasiswa. Semoga saja tidak ke Jakarta, karena perjalanannya sulit sehingga sangat sedikit pula tempat yang dikunjungi. Beberapa waktu  yang lalu kita berpikir bisa ke Thailand, tentu saja kita perlu kesiapan dana. Jadi mahasiswa tidak hanya kompak mau kemananya tetapi kompak kemampuanya, kami berharap mahasiswa mulai menabung sebanyak-banyaknya”, ungkap Bapak Yedi Efriyadi selaku Kajur AFI. (Arief Hidayatullah/AFI)

Makrab ILHA: Kuatkan Tekad Menuju Masa Depan

Salatiga, 17 September 2019–Program Studi Ilmu Hadits (ILHA) Fakultas Ushuluddin,Adab dan Humaniora (FUADAH), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga melaksanakan Malam Keakraban (Makrab) untuk Mahasiswa Baru pada tanggal hari Jumat-Minggu tanggal 30 Agustus – 1 September 2019.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Hadist teersebut dimaksudkan untuk mempererat tali persaudaraan antara Mahasiswa Baru dengan para kakak tingkatnya. Kegiatan Makrab ini diisi dengan sesi pengenalan alumni-alumni dan kakak tingkat. Hal demikian dimaksudkan untuk memotivasi mahasiswa baru  agar  semangat dan gigih dalam belajar bersama Program Studi Ilmu Hadits.

”Diharapkan seluruh mahasiswa baru agar bisa mengembangkan potensi diri dan mempunyai loyalitas di dalam mengkaji ilmu hadits di zaman yang penuh dengan teknologi seperti ini” ujar Ketua Panitia dalam sambutannya.

Di samping itu, mahasiswa baru Prodi ILHA menjadi semakin termotivasi dengan dilauncingnya aplikasi Arbain Al-Tarmasi, aplikasi berbasis android karya mahasiswa Prodi Ilmu Hadits Angkatan 2016.  Tentu, itu merupakan kelabihan yang dimiliki oleh Program Studi Ilmu Hadis. Harapan ke depannya, semoga aplikasi tersebut bisa memberikan menafaat dan juga dapat menjadi motivasi mahasiswa Prodi Ilmu Hadits dalam dalam menghadapi perkembangan zaman.

Konsep kegiatan Makrab tahun ini berbeda dengan pelaksanaan Makarab di tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya kegiatan makrab hanya dilaksanakan di tingkat Fakultas, namun konsep Makrab tahun ini berbasis keprodian. Kegiatan makrab Mahasiswa Baru ILHA juga diramaikan dengan serangkaian kegiatan perlombaan yang diadakan oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) Fuadah, seperti MQK, Tilawah, Kaligrafi, Pop Islami, dan lain sebagainya. (Mulyadi/ILHA)

Bedah Buku: Obat Mujarab Setelah Medis

                     

Salatiga, 16 September 2019—Pada hari Jumat kemaren, tepatnya tanggal 13 September 2019, Pusat Studi al-Quran dan Hadis (PSQH) Fuadah IAIN Salatiga bekerjasama dengan UPT Perpustakaan IAIN Salatiga mengadakan acara bedah buku “Ayat-Ayat Syifa: Al-Quran Sebagai Terapi Psikologis” karya Ahmad Faidi, M. Hum., salah satu dosen Muda Fuadah IAIN Salatiga. Kegiatan bedah buku ini dilangsungkan  di Aula Perpustakaan Kampus III IAIN Salatiga pad pukul 14.00-16.00 WIB.

Ifonilla Yenianti, S.IPI. yang mewakili kepala UPT. Perpustakaan IAIN Salatiga, membuka acara bedah buku ini dengan sangat antusias. Acara bedah buku kali ini menghadirkan dua pemateri muda, yakni Ahmad Faidi selaku penulis dan Farid Hasan, S.TH.I.,M.Hum selaku dosen muda di Prodi IAT (Ilmu Al-Quran & Tafsir) dan juga direktur PSQH. Farid Hasan, dalam penjelasannya menyempaikan bahwa buku karangan Ahmad Faidi tersebut sangat relevan untuk dijadikan sebagai salah satu referensi dalam kajian Living Qur’an.

Mulannya Acara ini hanya diwajibkan untuk mahasiswa yang berasal dari Fakultas Ushuluddin Adab & Humaniora. Akan tetapi, ketika acara sedang berlangsung, cukup banyak mahasiswa-mahasiswi dari Fakultas lain , seperti FTIK dan Dakwah, yang  antusias dan bergabung dalam forum bedah buku ayat-ayat syifa. Menurut mereka, bukan hanya karena tema buku saja yang membuat mereka tertarik, tetapi para narasumbernya juga sangat mengispirasi.

“Motivasi dalam menulis buku Ayat-Ayat Syifa’ adalah karena keta’juban penulis akan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalam Al-Quran. Tentu, niat utamanya adalah ingin mempelajari dan mentadabburi Al-Quran itu sendiri. Sedangkan motivasi ketiga dalam diri penulis adalah mengajak para pembaca untuk senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama (baca: Syifa’) dalam menjalani persoalan-persoalan kehidupan yang sangat melelahkan, Disamping itu banyak kesan yang menjadi pembelajaran bagi penulis selama perjalanannya dalam membuat buku” ungkap Ahmad Faidi di awal-awal pemaparannya.

Ahmad Faidi memaparkan bahwa pada umumnya ayat-ayat syifa ini lebih cenderung digunakan oleh kalangan pesantren. Cukup banyak dijumpai tentang cerita pengalaman-pengalaman menarik para santri tentang keajaiban al-Qur’an bagi kehidupan mereka. Karena itu, Ahmad Faidi menegaskan bahwa “tradisi pengaplikasian ayat-ayat syifa perlu ditransformasikan kedalam kehidupan masyarakat kota yang cenderung hedonis dan materialis.”

Tak kalah pentingnnya, Ahmad Faidi juga memberikan tanggapan terhadap pertanyaan salah satu peserta yang bertanya “lebih utama manakah antara pengobatan medis dan pengobatan melalui Ayat-Ayat Syifa’? “Semuanya berasal dari muara yang sama, Al-Qur’an adalah Ayat-Ayat Qauliyah-Nya Allah, sedangkan ilmu medis adalah Ayat-Ayat Kauniyah-Nya Allah. Yang salah kaprah, ketika kita beranggapan bahwa dokter dan obatlah yang menentukan sehat dan sakit kita. Padahal hanya Allah lah satu-satunya tempat menggantungkan segala urusan manusia, Dari-Nya berawal dan kepada-Nya pulalah segalannya berakhir” jawab Ahmad Faidi. Sebenarnya, para peserta masih cukup penasaran untuk mengupas habis isi buku Ayat-Ayat Syifa’ tersebut. Akan tetapi, karena waktunya terbatas maka sesi tanya-jawab hanya dibuka untuk 6 penanya saja.

Tepat pada pukul 16.00 WIB, acara bedah buku pun diakhiri dengan pembagian hadiah buku dan sesi foto-foto bersama. Terdapat 10 eksemplar buku Ayat-Ayat Syifa’ yang dibagikan secara gratis kepada para peserta yang hadir. Ahmad Faidi pun berpesan bahwa para peserta yang berminat untuk mendapatkan buku Ayat-Ayat Syifa’ secara gratis, dapat menemuinya langsung di Fuadah. (Miranda/IAT)