SELASA, 15/03/2022. Acara tahunan yang diadakan jurnal Millati dan ISLAH dari Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga kali ini agak nyentrik, dengan mengangkat tema “Dekolonisasi Kajian Pemikiran Islam, Sosial dan Humaniora”. Berhasil membuat hadirin yang datang terpukau oleh paparan dari para narasumber yang luar biasa. Memiliki dua rangkaian kegiatan yaitu seminar dan call for paper yang telah dibuka sejak bulan Februari dan ditutup pada tanggal 12 Maret 2022. Acara ini dihadiri oleh para penulis paper yang telah mengirimkan karyanya ke jurnal Millati dan ISLAH serta tamu undangan dari Pengelola Jurnal se-IAIN Salatiga maupun yang dari luar IAIN Salatiga, secara offline di Grand Merapi Ballroom Hotel Laras Asri Salatiga serta online via Zoom Meeting.
Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga (Prof. Dr. Benny Ridwan, M.Hum.) dengan menghadirkan tiga narasumber yaitu Jazilus Sakhok, M.A., Ph.D. (Wakil Rektor 1 UNU Yogyakarta), Prof. Dr. M Alie Humaedi, M.Hum. (Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN) dan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. (Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM) Sesi pertama dipandu oleh Siti Robikah, M.Ag yang mengantarkan dua pemateri sekaligus yaitu Jazilus Sakhok, M.A., Ph.D. (Wakil Rektor 1 UNU Yogyakarta) dan Prof. Dr. M Alie Humaedi, M.Hum. (Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN)
Jazilus Sakhok, M.A., Ph.D. memaparkan tentang Islam Nusantara Sebagai Pengetahuan Otonom (Autonomous Knowledge). Menurut Wakil Rektor 1 UNU Yogyakarta ini, Kolonisasi Barat terhadap Dunia Timur mulai Abad ke-16 menghasilkan ide-ide dalam cara pandang yang Westernized dan Eurocentrism pada masyarakat Timur. “Islam Nusantara sebagai autonomous knowledge berarti menempatkannya sebagai entitas pengetahuan yang mandiri dan mampu menjelaskan dirinya sendiri tanpa terbelenggu, serta Islam Nusantara tidak sebatas produk budaya yang menjadi obyek penelitian, akan tetapi pada gilirannya juga menjadi instrumen metodologis (original/indigenous) dari dan untuk merumuskan dirinya sendiri secara otonom.” Jelasnya.
Paparan kedua disampaikan oleh Prof. Dr. M Alie Humaedi, M.Hum. (Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN) tentang “Subaltern dan wacana Alternatif Kajian Keagamaan”. Profesor yang gemar berpetualang ini menjelaskan bahwa, di indonesia sebenarna subaltern (kelompok sempalan) tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Subaltern sebagai kelompok tertindas, mereka tidak mau menyuarakan pendapatnya. Mereka membutuhkan peneliti, akademisi dan para penulis untuk membantu menyampaikan aspirasi mereka. Kelompok subaltern ini dapat menjadi obyek penelitian yang menarik ketika mereka disandingkan dengan hal-hal yang bertolak belakang, misalnya HTI ber-NKRI.” Jelasnya.
Sesi kedua materi disampaikan oleh Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. (Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM) yang di moderatori M. Nazil Iqdami, S.Pd.I., M.A. Beliau menyampaikan tentang “Paradigma Profetik: sebuah Terobosan Dekolonisasi Kajian Sosial Humaniora”. Paradigma Profetik menurut Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. haruslah jelas paradigma dan unsur dari paradigma itu sendiri. Paling tidak ada sembilan unsur paradigma. Beliau juga menyampaikan bahwa Paradigma Profetik tidak menolak wahyu dan tidak menolak tradisi dari Nabi (Prophet).
Setelah seminar usai dilanjutkan dengan ISOMA, kemudian kembali untuk agenda kedua yaitu presentasi dari penulis paper yang sudah submit di jurnal Millati dan ISLAH. Dibagi menjadi dua kelompok dari Millati ada 16 peserta dan dari ISLAH 11 peserta. Dari semua paper yang telah masuk dan dipresentasikan nantinya akan dinilai dan yang terpilih akan diterbitkan pada jurnal Millati dan ISLAH. Untuk yang belum terpilih akan diterbitkan dalam Bunga Rampai.