Mahasiswa SPI Sumbang Gagasan dalam Muktamar Pemikiran Santri Nusantara

 

Salatiga – 3 Oktober 2019–Firdan Fadlan Siddik, mahasiswa Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushulusddin Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Salatiga, turut menyumbang gagasan dalam acara Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2019, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jakarta pada tanggal 28-30 September 2019. Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Republik Indonesia.

Setelah sukses menggelar Muktamar Pemikiran Santri yang pertama di pesantren Al-Munawir Krapyak, Kementerian agama memilih Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jakarta sebagai lokasi Muktamar Pemikiran Santri yang kedua. Muktamar kali ini mengangkat tema “Santri Mendunia: Tradisi, Eksistensi dan Perdamaian Dunia.

Dari 500 paper makalah yang masuk, hanya 125 paper makalah yang diundang untuk dipresentasikan dalam acara Muktamar Pemikiran Santri Nusantara. Judul ” Heroisme Santri dan Ulama: Fakta Sejarah Perjuangan Santri dan Ulama Pra Deislamisasi Historiografi Indonesia, berhasil mengantarkan Fadlan untuk berkesempatan memberikan kontribusi gagasan pemikiran untuk dipresentasikan, setelah dinyatakan lolos paper.

“Saya mendapatkan banyak wawasan dari para pakar santri intelek dalam seminar di Muktamar Pemikiran Santri mengenai peran santri di dunia global. Dalam  kegiatan Muktamar ini terdapat malam kebudayaan pesantren. Menteri Agama beserta komedian dan budayawan turut serta memeriahkan acara ini,  di antaranya adalah Gus Chandra Malik, Inayah Wahid, komedian Boby, dan sosiawan leak”, terang  Fadlan.

Ini adalah kali kedua Fadlan lolos seleksi paper, presentasi dan ikut serta memeriahkan acara Muktamar Pemikiran Santri Nusantara. Ia mengaku tak dapat terpisahkan dengan dunia tulis-menulis, karena sudah menjadi kebiasaan bahkan hobi. Dengan demikian tak heran jika sering menyabet juara dan mengikuti event kepenulisan tingkat nasional dengan karya tulisnya.  Writing with traveling menjadi satu paket dalam mengisi kesehariannya.*(Iqbal/red)*

Tim JM-FU: Siap Membranding Fuadah di Era Milenial

SALATIGA, 27 September 2019. – Pelantikan Tim Reporter dan Pengelola Website Fakultas Usuhulu8ddin, Adab dan Humaniora (Fuadah) IAIN Salatiga, atau yang lebih populer disebut dengan Tim Jurnalis Muda Fuadah (JM-FU), melibatkan 14 mahasiswa dari 5 prodi yang ada di Fuadah. Guna memajukan branding Fuadah di era milenial, pada Jum’at (27/09/2019) siang, M. Ghufron, M.Ag., selaku Wakil Dekan II, melantik tim jurnalis di ruang rapat dosen akademik Fuadah IAIN Salatiga.

Para pengurus yang dilantik pada acara ini adalah sebagai berikut:

Miranda Yulia Alfiani dan Muhammad Iqbal, sebagai tim reporter fakultas.

Firdan Fadlan Sidik dan Septiana Nurfadilah, sebagai tim reporter prodi SPI.

Syarifah Dwi Maulida dan Muhammad Ghifari Al-Farisi, sebagai tim reporter prodi IAT.

Arief Hidayatullah dan Annisa Nurul Azizah, sebagai tim reporter prodi AFI.

Trimowati dan Risma Ariesta, sebagai tim reporter prodi BSA.

Mulyadi dan Fitri Mawatul, sebagai tim reporter prodi IH.

Muhammad Affan dan M. Rosyid Anwari, sebagai tim teknologi dan informasi.

 

Dalam sambutannya M. Ghufron sangat mengapresiasi dibentuknya Tim JM-FU untuk  meningkatkan budaya literasi yang kini mulai meredup. “Menulis adalah melukis, makanya harus diasah terus. Begitu juga dengan teman-teman jurnalis muda FUADAH ini. Milikilah karakter, kompetensi, serta literasi yang bagus sebagai amunisi menjadi seorang jurnalis yang cerdas,” jelas M Ghufron dalam sambutannya.

Selain memberikan sambutan, M. Ghufron juga turut memberikan SK dan kartu jurnalis secara simbolis kepada para mahasiswa mewakili Dr. Benny Ridwan, M.Hum selaku Dekan Fuadah. Hadir pula Dr. Supardi, S.Ag, M.A selaku Wakil Dekan I dan turut memberikan suport dan motivasi kepada Tim JM-FU yang telah dilantik.

Tak hanya itu, Ahmad Faidi, M.Hum selaku dosen sekaligus inisiator dan pembina JM-FU juga memberikan wejangan kepada 14 mahasiswa yang dilantik untuk giat berproses agar menjadi tim jurnalis muda profesional.

“Saya berpesan untuk teman-teman jurnalis, agar memiliki karakter kinerja yang mau dan mampu untuk bekerja keras, bekerja tuntas, dan ulet,” ungkap Ahmad Faidi selaku pembina jurnalis muda Fuadah. Harapannya, dengan dibentuknya jurnalis muda Fuadah ini, budaya literasi dari mahasiswa Fuadah pada umumnya akan kian meningkat dan mempertajam kekritisan mahasiswa terhadap suatu peristiwa. Kegiatan tersebut ditutup dengan sesi foto bersama yang melibatkan Wakil Dekan I dan II, pembina tim jurnalis FUADAH, serta 14 mahasiswa yang menjadi tim reporter jurnalis muda Fuadah. (Risma Ariesta/BSA)

 

 

Mahasiswa Prodi SPI Sabet Juara III Duta IAIN Salatiga

Salatiga, 20 September 2019–Event Pemilihan Duta Mahasiswa IAIN Salatiga menjadi agenta rutinan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Duta mahasiswa (PANDAMA) IAIN Salatiga. Sejauh ini sudah berlangsung 3 angkatan pemilihan Duta Mahasiswa IAIN Salatiga yang dimulai pada tahun 2015 dengan M Sabar Prihatin sebagai duta angkatan pertama.

“Menjadi Duta IAIN Salatiga bukanlah hal yang mudah dan bukan untuk dipamerkan atau dibanggakan. Terdapat nilai moral yang diemban, yaitu menjadi perwakilan mahasiswa untuk tampil di depan sebagai promotor, pelopor, dan kontributor”, tutur Muna ketika diwawancarai tim jurnalis FUADAH.

Pada Pemilihan Duta IAIN Salatiga tahun 2019 ini, Muhammad Khoirul Muna, atau yang akbar dipanggil Muna telah memecahkan rekor sebagai Juara 3 Duta IAIN Salatiga dari Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora. Pada dua angkatan sebelumnya, tidak ada satu pun delegasi dari FUADAH yang berlaga di ajang Pemilihan Duta IAIN Salatiga.

“Saya bangga, sekaligus ingin mengajak teman-teman mahasiswa FUADAH yang lainnya untuk menunjukkan eksistensi diri di bidangnya masing-masing, menjadi teladan setidknya untuk dirinya sendiri, umumnya untuk orang lain,” ungkapnya.

Ketika ditanyai mengenai kendala atau kesulitan yang dialami ketika menjalani proses pnjang seleksi Duta IAIN Salatiga, Muna mengungkapkan bahwa bidang penguasaan materi Bahasa Arab dan Inggris menjadi salah satu hal yang membutuhkan perhatian penuh untuk mempersiapkannya. Meski sedikit kesulitan, ia tetap optimis dengan menggali potensi di bidang lainnya seperti penampilan pentas seni. Dengan segenap kemampuannya di bidang Tarik suara dan drama, ia berhasil memadukan drama, puisi, dan dolawat dakam penampilan berdurasi 5 menit. Penampilan solo ini berhasil memukau berbagai kalangan penonton.

Fajar Purwaningsih, atau yang lebih familiar disapa dengan Mbak Fafa merupakan juara Duta IAIN Salatiga tahun 2017 sekaligus menjadi ketua Pnitia dan Paguyuban Duta Mahasiswa (PANDAMA) IAIN Salatiga tahun 2019 menuturkan bahwa Penyelenggaraan Pemilihan Duta IAIN Salatiga ini berada langsung di bawah naungan rektorat. Hal ini dikarenakan fungsi Duta IAIN Salatiga akan sangat dibutuhkan oleh pihak kampus dalam berbagai event besar. (Firdan/SPI)

KKL Prodi AFI: Momen Ekspedisi Cross Culture Studies

Salatiga, 18 September 2019­ – Program Studi AFI (Aqidah dan Filsafat Islam) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga  telah melaksanakan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang di ikuti oleh mahasiswa AFI angkatan 2016 serta di dampingi oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapangan).

Sangat jauh berbeda dari KKL tahun sebelumnya, yakni KKL Prodi AFI pada tahun ini  memilih tempat ke luar pulau  Jawa tepatnya ke pulau Bali. Kegiatan yang dilaksanakan pada 2 April- 6 April 2019 yang lalu menjadikan Bali Aga, Hinduisme Majapahit dan Islam Minoritas di Bali sebagai tujuan utama.

“Untuk memahami keislaman Jawa menjadi mustahil tanpa memahami Hindu, sebab Hindu di Jawa telah hilang maka harus ke Bali untuk memahami Hindu. Sebagai representasi yang sama atas Hinduisme Majapahit”. Ujar Panis Dhbi Salam, selaku dosen pembimbing sekaligus ketua pelaksana KKL AFI. Alasan utama yang mengharuskan KKL tahun ini ke Bali yaitu lebih cocok untuk mahasiswa Filsafat, karena  destinasinya sangat banyak ketimbang tahun sebelumnya yang hanya ke perpustakaan di Jakarta.

Menurut Yunita salah seorang mahasiswa angkatan 2016 menceritakan tempat-tempat yang dikunjungi yaitu, pertama kampung Gel-Gel, disinilah kampung yang berpenduduk mayoritas Islam terbesar di Bali. Kedua yaitu Puri Semarapura, yaitu Puri terbesar di Bali. Ketiga desa Panglipuran, desa adat  terbersih kedua sedunia, dan terakhir ke Bajrasandi. “Alasan tujuan kita memilih ke Bali yaitu, ingin mengetahui filsafat hidupnya orang-orang Bali terkhusus Hindu  yang sangat kental sekali akan filsafat hidupnya”. Ujar Yunita.

Sebagai bentuk kemandirian, pemilihan lokasi KKL hingga mencari biro-biro ini ditentukan oleh mahasiswa itu sendiri tanpa adanya pakasaan dari pengelola Program Studi. Salah satu bonus pemilihan lokasi ke Bali yaitu menginap di hotel yang berdampingan dengan pusat Westernisasi (kehidupan orang Barat), sangat komplit sekaligus menjadikan nilai plus bagi mahasiswa karena selain mengetahui kehidupan masyarakat di Bali mereka juga mengamati kehidupan orang Barat. “Harapan KKL tahun depan, Saya ingin melihat minat mahasiswa. Semoga saja tidak ke Jakarta, karena perjalanannya sulit sehingga sangat sedikit pula tempat yang dikunjungi. Beberapa waktu  yang lalu kita berpikir bisa ke Thailand, tentu saja kita perlu kesiapan dana. Jadi mahasiswa tidak hanya kompak mau kemananya tetapi kompak kemampuanya, kami berharap mahasiswa mulai menabung sebanyak-banyaknya”, ungkap Bapak Yedi Efriyadi selaku Kajur AFI. (Arief Hidayatullah/AFI)