BICARA; Bincang Mesra Tentang Sastra

SALATIGA – Sabtu, 13 November 2021, HMPS Bahasa dan Sastra Arab dan mengadakan acara Diskusi Sastra BICARA (Bincang Mesra Tentang Sastra Arab) dengan tema “Implementasi Sastra Arab pada Generasi Z”. Acara ini diadakan di Aula kampus 2 IAIN Salatiga untuk mahasiswa BSA dan online via google meet untuk umum. Menghadirkan 2 narasumber yaitu Agna Hawari dan Risma Ariesta Demisioner HMPS BSA.  Acara dimulai dengan pertanyaan pembuka dari moderator tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan generasi Z. Menurut Risma Ariesta, generasi Z itu generasi anak-anak kelahiran tahun 1999-2015 dan bisa dikatakan juga generasi yang sudah mulai ketergantungan akan internet. Pertanyaan selanjutnya tentang Sastra, apa itu Sastra? Agna Hawari menjawab dengan mengutip dari Sujiwo Tejo bahwa “Sastra itu adalah ungkapan-ungkapan yang bersumber dari mimik secara lisan atau tulisan, dan bedanya sastra dan seni itu kalau sastra adalah karya seni berupa tulisan seperti cerpen, puisi dan berupa lisan seperti khitobah dan syiir sedangkan seni itu hal-hal yang bisa kita manfaatkan”. Sedangkan Risma Ariesta mengungkapkan bahwa “secara etimologi sastra itu adalah bahasa, bahasa yg kita pakai bisa termasuk sastra. Sastra itu malah seringnya tidak dipakai dalam kehidupan sehari hari. Sapardi Djoko Damono beliau sempat menulis puisi “aku ingin” dalam puisi tersebut kadang bahasa yg sederhana pun bisa kita racik menjadi sastra, di sisi lain sastra itu mengandung keindahan.”

Diskusi dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan kepada para peserta yang merupakan mahasiswa dari prodi Bahasa dan Sastra Arab. Dari pertanyaan apa kesulitan mempelajari bahasa Arab dapat disimpulkan bahwa rata-rata kesulitan mahasiswa mempelajari bahasa Arab adalah mempelajari nahwu shorof dan kurangnya kosa kata. Salah satu peserta mengatakan bahwa ada faktor lain juga yang menyebabkan sulit mempelajari bahasa Arab yaitu dari lingkungan, ketika kita mempelajari teori kita juga membutuhkan praktek. Pendapat lainnya yaitu kita sulit mempelajari bahasa Arab karena kita merasa asing karena sebelumnya belum pernah belajar bahasa tersebut dan juga faktor lingkungan yang kurang mendukung. Setelah mendapat jawaban dari para peserta, Agna Hawari memberikan tips untuk belajar bahasa Arab “Dulu di pondok Gontor saya gak bisa bahasa Arab dan tiap hari merasa insecure. Setelah insecure muncul rasa malu. Triknya setiap hari kemana-mana bawa buku kecil misal di jalan raya ada pohon terus mencari bahasa Arabnya apa selama berbulan bulan, tulis tulis tulis. Sehari minimal 5 mufrodat, malam belum tidur sebelum hafal kosa kata. Perbanyak kosa kata dulu walaupun kita belum paham nahwu shorofnya. Mufrodat itu ibarat bahan makanan, tinggal di kasih bumbu kayak garam micin dan itu berupa nahwu shorof” ujarnya.




Sebagai mahasiswa Sastra, tentu mahasiswa tidak bisa berjauhan dengan dunia literasi. Hal ini semakin didukung dengan predikat indonesia yang menduduki minat baca terendah nomer 2 atau 3. Sebagai generasi muda sudah seharusnya mulai membuka diri dan mulai belajar mencelupkan dirinya di dunia literasi. Siapa lagi kalau bukan mahasiswa sastra yang ikut mendukung Indonesia sadar literasi. Selain itu, sebagai mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Arab tentu mendalami Bahasa Arab menjadi tujuan inti dan tugas pokok mahasiswa yang dengannya mahasiswa turut serta mengharumkan nama prodi, fakultas dan institusi secara umum. Baru mulai belajar Bahasa Arab bukan berarti tidak ada kesempatan untuk ditingkatkan, dimulai dari diri sendiri, karena komunitas bisa besar karna peran dari masing masing anggotanya.[Red.]