Malam Keakraban Mahasiswa Baru Prodi IAT

Salatiga, 6 September 2019—Pada hari  Jum’at-Minggu tanggal 30 Agustus sampai 1 September kemarin, Himpunan Mahahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (Fuadah) IAIN Salatiga menggelar acara Malam Keakraban (Makrab) bagi para mahasiswa baru Prodi IAT. Kegiatan yang di laksanakan  di halaman kampus 2 IAIN Salatiga dikuti oleh kurang lebih 140 mahasiswa baru prodi IAT.

Kegiatan Makrab Prodi ini sebenarnya merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) yang dimotori oleh SEMA dan DEMA Fuadah. Kegiatan Makrab Prodi IAT sendiri baru dimulai pada jam hari Jum’at 30 Agustus 2019 jam 15.30 WIB. Acara Makrab ini langsung dipandu oleh Saudara Fahmi Fahreza dan Syifaus Syarif, selaku mantan pengurus HMPS IAT periode 2017-2018.

“Meskipun kebanyakan mahasiswa baru IAT itu menganggap telah salah memilih jurusan, tapi yakinlah justru dengan salah pilih jurusan itulah hidup kalian akan menjadi luruis,” ungkap Saudara Fahmi dalam memotivasi seluruh mahasiswa baru Prodi IAT. Sontak para peserta menyambutnya dengan aplous yang meriah.

Acara Makrab kemudian dilanjutkan hingga malam hari. Setelah peserta dikasih waktu ice breaking dan Ishoma, antara jam 17.00-20.00 WIB, acara dilanjutkan dengan panyaringan bakat mahasiswa baru Prodi IAT. Dalam acara tersebut, para mahasiswa baru diuji mentalnya untuk tampil ke panggung dan menunjukkan bakat yang dimilikinya; ada yang bernyanyi, menari, melawak, dan lain sebagainya.

Read more

PPL Prodi BSA, Ajang Aktualisasi Diri Mahasiswa

Salatiga, 05 September 2019Sebanyak 26 mahasiswa Program Studi BSA (Bahasa dan Sastra Arab) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga ikuti PPL (Program Pengalaman Lapangan) selama satu bulan di beberapa lembaga yang sesuai dengan kompetensi mahasiswa BSA di Jawa Tengah dan sekitarnya. Kegiatan ini juga merupakan ajang aktualisasi diri para mahasiswa terhadap materi dari berbagai mata kuliah yang selama ini hanya didapatkan di dalam kelas.

Menurut Rina Susanti selaku dosen sekaligus pembimbing PPL prodi BSA, kegiatan ini merupakan kurikulum akademik yang bertujuan untuk menyeimbangkan teori yang telah didapatkan dengan praktik dalam sebuah kompetensi. Jadi, mahasiswa yang terlibat aktif dalam kegiatan ini ialah para mahasiswa semester tujuh atau

setidaknya mahasiswa yang sudah memperoleh sekitar 75% mata kuliah pada program studi yang diambil.

Kegiatan PPL BSA sendiri berlangsung sejak tanggal 9 Juli 2019 lalu. Idealnya, PPL memang berlangsung selama satu bulan. Namun, dalam praktiknya dikembalikan lagi kepada lembaga yang menjadi tempat dari PPL. Jadi, durasi satu bulan tersebut bisa kurang atau bahkan lebih. Tapi dalam periode kali ini, penarikan keseluruhan mahasiswa yang terlibat dalam PPL BSA selesai pada tanggal 29 Agustus 2019.

Adapun untuk tempat yang digunakan untuk PPL biasanya menyesuaikan dari kompetensi maupun minat bakat yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa itu sendiri. Misalnya ada yang menyukai dunia penulisan, maka diarahkan untuk ke tempat penerbitan. Adapula yang lebih ingin mengembangkan bakatnya di dunia pengajaran, maka ditempatkanlah di pondok pesantren. Atau mungkin ada yang ingin mengetahui tentang seluk beluk Biro Haji, maka juga ditempatkan sesuai minat dan bakat yang ingin dikembangkan dari mahasiswa tersebut.

Tapi sejauh ini, masalah tempat memang masih dikelola oleh prodi. Namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa prodi juga menampung aspirasi dari para mahasiswa yang berperan aktif dalam PPL untuk ikut andil dalam pemilihan tempat atau lembaga PPL itu sendiri. Karena idealnya, mahasiswalah yang seharusnya mencari sendiri tempat PPLnya tapi juga berdasarkan pertimbangan dan persetujuan dari prodi.

“Tempat PPL itu bisa bervariasi tergantung kompetensi mahasiswa, ingin mengembangkan bakatnya yang mana,” pungkas Rina. (Risma Ariesta/BSA)

SEMINAR NASIONAL: TANTANGAN PENAFSIRAN AL-QUR’AN DI ERA MILENIAL

Salatiga, 04 September 2019—Program Studi Ilmu AL-Qur’an dan Tafsir (IAT), Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH) IAIN Salatiga menggelar seminar Nasional pada hari Rabu (04/09/2019) yang bertema  Tantangan Penafsiran Al-Qur’an di Ere Digital.Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Kampus 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam menghadirkan 2 pemateri kelas nasional yakni Dr. Phil. Sahiron Syamsudin (Ketua Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir) dan Habib Husain Ja’far al-Hadar (Kreator Konten Keislaman). Farid Hasan, M. Hum., selaku Dosen Muda Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FUADAH IAIN Salatiga, berperan sebagai moderator.

Seminar ini mendapatkan apresiasi yang tinggi di kalangan mahasiswa IAIN Salatiga, khususnya Program Studi IAT. Sebelum acara di mulai, kurang lebih sekitar jam 7.30 WIB, Ruang Aula sudah terisi penuh oleh 350 peserta seminar. Mereka sangat antusias sekali dalam menghadiri acara tersebut di karenakan kehdiran dua pembicara yang populoer dan kompeten di bidangnya. “Mereka berdua adalah ahlinya-ahli dan pakarnya-pakar” kelakar Farid Hasan pada saat dia memperkenalkan profil kedua pemateri di awal Seminar.

Acara Seminar dimulai dan di buka langsung oleh Bapak Dekan FUADAH, yaitu Dr. Benny Ridwan, M.Hum. Dalam sambutanya, Bapak Dekan menyampaikan bahwa dia sangat bahagia sekali atas kedatangan dua pemateri di kampus IAIN Salatiga. Lebih-lebih, salah satu pemateri di antaranya adalah Habib Husain yang merupakan perwakilan generasi Milenial. Di akhir sambutannya, Bapak Dekan berharap mudah-mudahan dengan kedatangan dua tokoh ini bisa menjadi Inspirasi bagi para mahasiswa IAT khususnya dan mahasiswa IAIN Salatiga pada umumnya.

Sebelum memasuki acara inti, peserta seminar dihibur dengan penampilan gemilang Group Musikalisasi Hadits FUADAH IAIN Salatiga yang sebelumnya berhasil menjuarai Lomba Musikalisasi Hadis pada ajang perlombaan PIONIR Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ketika memasuki acara seminar, para peserta menjadi hening dan begitu khidmad dalam mendengarkan setiap paparan dari dua pemateri seminar. Suasana khidmad tersebut dipecah oleh Aplous meriah dari seluruh peserta seminar pada saat Dr. Sahiron menyinggung persoalan Milk al-Yamin, Disertasi Abdul Aziz yang sempat viral beberapa pekan terakhir ini. Terlepas dari hal itu, Dr. Sahiron menyampaikan bahwa mahasiswa milenial harus memaksimalkan teknologi sebagai media pengembangan kajian Tafsir al-Qur’an dan Hadist, tentu dengan prinsip dasar al-muhadzah ‘ala qadlim al-shalih wal akhdzu bil jadidi al-ashlah.

Sedangkan Habib Husain, sebagai pemuda yang mewakili kaum milenial, dalam pemaparannya menyampaikan tentang masyarakat yang lebih populer dengqan istilah “Ruju’ ila Al-Qur’an wa as-Sunnah.” Padahal, menurutnya justru istilah yang perlu diangkat dan dipopulerkan adalah “Berangkat dari Al-Qur’an dan Hadis” dan bukan “kembali pada Al-Qur’an dan Hadis.” Menurut Habib Husain, upaya tersebut akan mampu melahirkan generasi Qur’ani yang millenialis, bukan jumud.

Kehadiran pemateri yang kompeten serta penjelasan-penjelasan pemateri yang menggugah, membuat acara seminar ini begitu berkesan. Di samping itu, seminar ini juga sangat sesuai dengan kondisi mahasiswa yang hidup di zaman milenialis. “Sudah saatnya, mahasiswa memaksimalkan media teknologi untuk mengisi dan meramaikan ruang-ruang publik dengan kajian-kajian keislaman yang berbasis islam wasathiyah,” penuturan Farid Hasan kepada reporter Fuadah. (Ghifari/IAT)

FUADAH KEMBALI MENGUKIR PRESTASI DI PIONIR IX DI MALANG 2019

SALATIGA-Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berhasil membawa 3 medali di ajang Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) IX Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tahun 2019 yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, tanggal 15-21 Juli 2019. Dari 3 medali tersebut, Fuadah menyumbangkan satu Medali Perak dari kategori Musikalisasi Hadis dan Juara Harapan Satu untuk kategori Seni Bela Diri.

Meski prestasi mahasiswa FUADAH dapat dibilang menurun dari pencapaian-pencapaian PIONIR sebelumnya, tapi FUADAH tetap berhasil mempertahankan predikatnya sebagai Fakultas yang paling rutin menyumbangkan medali PIONIR untuk  IAIN Salatiga. Pada ajang PIONIR sebelumnya, FUADAH berhasil mengukir prestasi cemerlangnya dengan menyumbangkan 3 medali dari total 4 medali yang berhasil dicapai oleh IAIN Salatiga pada tahun 2017 lalu.

“Jika dilihat dari jumlah mahasiswa, memang FUADAH merupakan Fakultas terkecil dibandingkan dengan fakultas-fakultas lainnya. Akan tetapi, kualitas mahasiswa FUADAH  tidak dapat diragukan lagi, Mahasiswa FUADAH selalu menjadi penyumbang medali terbanyak di ajang PIONIR dua tahun terakhir. Saya pribadi dan atas nama Pimpinan Fuadah merasa bangga dan bersyukur telah dianugerahi mahasiswa(i) yang penuh dengan talenta dan prestasi yang menggunung” begitu ungkap Dekan FUADAH, Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

selain itu, prestasi yang berhasil diraih oleh mahasiswa(i) Fuadah tersebut juga mendapatkan apresiasi dari Rektor IAIN Salatiga, yakni Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. “Perolehan medali adalah suatu prestasi tersendiri bagi lembaga, kami tetap mengapresiasi semua perjuangan kontingen,” ungkapnya.

Pentas Seni : Pekan Budaya FUADAH 2018

Rabu, 31 Oktober 2018, Salatiga. Pentas Seni merupakan puncak acara penyelenggaraan Pekan Budaya FUADAH 2018 yang bertema “Lestari Budayaku, Lestari Indonesiaku”. Acara Tahunan ini dikemas dengan epik dan menarik oleh mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora bertempat di Lapangan Kampus 2 IAIN Salatiga. Mahasiswa dan Dosen ikut berpartisipasi dalam menunjukkan bakat menari, menyanyi, puisi, bermusik, dan lain sebagainya. Langensuko Band dan Carehal Angklung Malioboro menjadi bintang tamu yang membuat antusiasme Mahasiswa semakin membuncah. Tentunya ini menjadi fenomena baru untuk FUADAH dalam acara Pekan Budaya serta sebagai acuan untuk acara di tahun-tahun selanjutnya.