SANTRI FAKULTAS, ADAB, DAN HUMANIORA LOLOS SANTRI WRITER SUMMIT 2017

Santri akhir-akhir ini menjadi kata yang merujuk pada orang yang belajar di Pondok pesantren. Santri-santri yang kemudian kuliah di Fakultas, Adab, dan Humaniora ternyata tidak meninggalkan identitias dan nilai kesantriannya

Terbukti ada dua santri yang sekaligus menjadi mahasiswa Fakultas, Adab, dan Humaniora yang ikut serta menulis dalam  “Santri Writer Summit 2017” yang dihelat secara nasional oleh laman santrinulis.com 28-29 oktober. tema-tema yang disediakan panitia adalah urgensi menjadi santri, toleransi dalam islam, santri dan indonesia, mediasi dan resolusi konflik antar umat beragama, islam dan terorisme.

Artikel tulisan M. Saifunnuha yang berjudul “Menciptakan Masyarakat Yang Damai Bermartabat Dengan Dakwah Yang Toleran” dan artikel Neny Muthi’atul Awwaliyah yang berjudul “Mediasi Dan Resolusi Konflik Antar Umat Beragama” lolos dalam 50 artikel yang diseleksi oleh panitia.

Akreditasi jurusan AFI B

Program Studi Akidah dan Filsafat Islam mendapatkan akreditasi B berdasarkan surat keputusan bernomor 3795/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2017. Sebuah capaian yang luar biasa, untuk sebuah program studi yang baru berdiri sejak 2015

Hasil akreditasi B membuktikan bahwa program studi Akidah dan Filsafat Islam sudah memenuhi kriteria dari syarat-syarat penilaian akreditasi yang meliputi: Kurikulum dari setiap program pendidikan; prestasi dosen dan mahasiswa; proses belajar-mengajar; penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri.

program studi berakreditasi B, maka program studi tersebut dianggap bermutu baik sehingga mahasiswa akan mendapatkan jaminan yang berkualitas saat menjalankan studi. “Jaminan ini tak hanya diperoleh pada proses pembelajaran, tapi juga pada proses rekruitmen dan penyerapan alumni di dunia kerja” Lebih lanjut.

PRODI AL QUR’AN DAN TAFSIR MENDAPATKAN AKREDITASI NILAI A

Penyerahan hasil asesmen lapangan dari Dr. Atiyatul Ulya (asesor) kepada Tri Wahyu Hidayati,M.Ag. (Kaprodi IAT)

Program Studi Ilmu Alqur’an dan tafsir mendapatkan akreditasi A berdasarkan surat keputusan bernomor 3796/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2017. Sebuah capaian yang luar biasa,

Hasil akreditasi A membuktikan bahwa program studi Ilmu Al qur’an dan tafsir sudah memenuhi kriteria dari syarat-syarat penilaian akreditasi yang meliputi: Kurikulum dari setiap program pendidikan; prestasi dosen dan mahasiswa; proses belajar-mengajar; penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri.

program studi berakreditasi A, maka program studi tersebut dianggap bermutu baik sehingga mahasiswa akan mendapatkan jaminan yang berkualitas saat menjalankan studi. “Jaminan ini tak hanya diperoleh pada proses pembelajaran, tapi juga pada proses rekruitmen dan penyerapan alumni di dunia kerja” Lebih lanjut, para lulusan program studi berakreditasi A akan mendapat kesempatan bekerja di berbagai instansi swasta ataupun pemerintah yang memang hanya menerima lulusan dari program studi berakreditasi A.

MAHASISWA FUADAH BERPRESTASI (LAGI)

Mahasiswi IAT Menerima Piagam Penghargaan

Mahasiswi Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora dalam hal ini mahasiswi yang sedang menempuh perkuliahan  Program Studi Ilmu al Quran dan tafsir menjuarai lomba karya Ilmiah se Jateng DIY di IAIN yang diselenggarakan oleh IAIN Surakarta.  Senin 30 oktober 2017

Siti Rabikah, nama mahasiswi Program Studi, mampu mendapatkan juara 2 dalam lomba karya ilmiah yang diselenggarakan  oleh IAIN Surakarta dengan judul tulisannya adalah “Analisis Terhadap Pelestarian Tradisi Dzikir Fida’ Dalam Rangka Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah (Studi Kasus Di Desa Gumuk, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang)”.

Raihan prestasi tersebut membuktikan bahwa mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ushuluddin, adab dan humaniora mempunyai kualitas yang patut dibanggakan. Hal ini juga membuktikan bahwa proses yang berjalan dalam program studi mampu memberikan dorongan kuat untuk mampu berprestasi diberbagai daerah

DISKUSI BUKU HMJ SPI: WALI SONGO BUKAN MITOS

DISKUSI BUKU HMJ SPI: WALI SONGO BUKAN MITOS

SALATIGA – Pada tanggal 26 Oktober 2017, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) SPI  Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga menggelar diskusi buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto. Kegiatan yang dihadiri oleh Mahasiswa dan Dosen Jurusan Sejarah di Jawa Tengah tersebut mengangkat tema “Membaca Historiografi Nusantara Melalui Atlas Walisongo.” Sebagai pemantik acara diskusi ini, panitia mengundang M. Fahsin Fa’al dan Ahmad Faidi, dua panelis yang cukup kompeten di bidangnya.

“Buku “Atlas Wali Songo” ini memberikan penegasan bahwa Wali Songo merupakan realitas Historis. Dengan pendekatan historis, pengungkapan data dan fakta  historis yang relevan dan otentik, buku Agus Sunyoto ini menjadi satu-satunya buku sejarah yang membahas Wali Songo sebagai kebenaran Historis.” Tegas Fahsin M. Fa’al dalam salah satu pemaparannya.

[wds id=”3″]

“Atlas Walisongo, merupakan salah satu buku Sejarah Islam Nusantara yang berupaya mengcounter penyelewengan-penyelewengan sejarah oleh Belanda, khususnya terkait dengan peran Wali Songo dalam proses islamisasi pulau Jawa. Menurut Agus Sunyoto, bagaimana mungkin buku induk semacam Ensiklopedi Islam—terbitan Ichtiar Baru van Hoeve milik Belanda—tidak membahas tentang peran Wali Songo dalam proses islamisasi pulau Jawa. Oleh karena itu, melalui buku ini Agus Sunyoto menyajikan klarifikasi historis tentang peran Wali Songo tersebut. Melalui bukti-bukti historis yang relevan, dengan tegas Agus Snyoto menyatakan bahwa Wali Songo adalah realitas historis.” Ungkap Ahmad Faidi dalam salah satu pemaparannya.

“Oleh karena itu, tugas besar seorang sejarawan—sekaligus tantangan bagi mahasiswa SPI dan mahasiswa Ilmu Sejarah di Indonesia pada umumnya—adalah mampu membebaskan sejarah bangsa dari berbagai upaya penyelewengan sejarah yang dilakukan oleh pihak-pihak berkepentingan.” Tegas Ahmad Faidi.

Acara yang dibuka oleh Dr. Ghufron, M. Hum—Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga—tersebut mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi peserta diskusi. Pasalnya, forum tersebut mampu menjawab kegelisahan mahasiswa SPI tentang keberadaan “Wali Songo” yang selama ini masih diliputi mitos. Antusiasme tersebut dapat terlihat dengan membludaknya peserta diskusi serta banyaknya jumlah penanya, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen.

Acara diskusi Buku Atlas Wali Songo ini ditutup dengan pemberian penghargaan kepada 3 penanya terbaik serta acara foto bersama. “Saya berharap, diskusi ini tidak berhenti di sini saja. Mahasiswa SPI harus mampu menindak-lanjuti kegiatan diskusi hari ini dengan menciptakan forum-forum diskusi baru demi meningkatkan pengetahuan sejarahnya,” ungkap M. Rifki Maulana, Ketua Panitia Diskusi, pada saat ditemui penulis disela-sela kegiatan diskusi sedang berlangsung.

“Diskusi buku hanyalah pemicu ghirah mahasiswa, khususnya mahasiswa SPI, untuk senantiasa mengkaji dan menggali pengetahuan sejarah-nya dengan adanya forum-forum diskusi. Sebab, jika mahasiswa hanya mengandalkan pengetahuan yang didapatnya di dalam kelas, maka ia belum mampu menjadi mahasiswa sejati,” ungkap Mukhlisin, ketua HMJ SPI, saat ditemui oleh penulis. (ACHA).