Studi Hadis di Era Digital?? Why Not?!

FUADAH- Kamis, 21/10/2021. Kemajuan teknologi yang mau tidak mau memaksa kita untuk mengikuti pergerakannya, menjadikan kita harus lebih cermat menggunakannya dalam hal yang bermanfaat, bahkan bisa menjadi peluang bagi generasi muslim sebagai media dakwah, bisnis maupun menyebarkan spirit agama Islam yang rahmatan lil’alamin. Pada kalangan muda, dunia maya atau sosial media menjadi makanan sehari-hari yang disana pula tidak ada filter mana yang positif dan negatif. Sebagai mahasiswa perguruan tinggi Islam, IAIN Salatiga khususnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dengan tidak larut dalam gemerlapnnya teknologi tanpa tahu cara memanfaatkannya sesuai dengan keilmuan masing-masing.

Kegelisahan ini mengantarkan HMPS Program Studi Ilmu hadis mengadakan serangkaian acara Ilha’s Fair yang diakhiri dengan Webinar yang mengambil tema Tantangan Generasi Muda dalam Menjaga Sunnah Nabi di Era Digital dalam rangka menguatkan pemahaman anak muda bagaimana tetap berada di jalur sunah nabi meski hidup di tengah modernitas saat ini. Ilmu Hadis Fair ini dibuka sejak tanggal 27 September 2021 yang diisi dengan perlombaan diantaranya Musikalisasi Hadis, Essay, dan vlog dakwah hadis. Kegiatan bernuansa milenial ini ditutup pada tanggal 19 Oktober 2021 dengan pemenang lomba Essay Hana Hasanah sebagai juara 1, Hidayah juara 2 dan Alisa juara 3. Sedangkan lomba cabang Dakwah Hadis dimenangkan oleh Anggi Anggaeni sebagai juara 1, Slamet Sodikin juara 2, dan Wasiul Hakim juara 3 dari UIN sunan Kalijaga. Cabang Musikalisasi Hadis secara tim yang dijuarai oleh Fatimatuzzahro dan Muhammad fitriantoro dari IAIN Salatiga. Serangkaian acara ini dilakukan secara online dan ditutup dengan diadakannnya Webinar pada Kamis, 21 Oktober lalu.

Webinar dalam rangka Ilha’s Fair ini mengundang Abdul Fattah Ismail Farras, Lc., Founder of Huda Institute dan Faishol Amin, S.Ag., eks Korwil FKMTHI DIY Jateng sebagai narasumber yang dimoderatori oleh Ahmad Darojat, S.Ag. Sebagai narasumber pertama, Ismail Farras menyatakan bahwa ada beberapa penyimpangan yang terjadi di kalangan anak muda dalam menggunakan sosial media yang jauh dari sunah. Penyimpangan ini disebabkan oleh jauhnya anak muda dari Al-Quran dan Sunah Nabi serta salahnya pergaulan yang mereka miliki. Dalam bermedia sosial kalangan muda ini seringnya tidak bisa mengontrol baik lisan maupun tulisan dalam mengumbar apa yang tidak seharusnya ditayangkan secara publik. Dari masalah-masalah ini tentu solusinya adalah kembali ke al-Quran dan hadis dimana disanalah bagaimana seharusnya berperilaku yang baik. Selain itu, kalangan muda perlu menggunakan waktu luang yang lebih bermanfaat dan didukung dengan komunitas yang sehat sehingga pergaulan pun bisa mendatangkan kemanfaatan.

Faishol Amin sebagai narasumber kedua mengawali materinya dengan menjelaskan sejarah literasi hadis ddan bagaimana ulama hadis mencurahkan tenaga dan waktunya untuk mengkodifikasi hadis nabi sehingga bisa dipelajari hingga sekarang. Sebagai kalangan muda yang akrab dengan teknologi tentu hadis nabi justru bisa semakin tersebar luas dan tidak dianggap kuno dalam mempelajarinya. Beberapa hal yang bisa dilakukan generasi muda adalah dengan memperindah kemasan studi hadis melalui bahasa dan seni, salah satunya seperti yang telah dilaksanakan HMPS Ilmu Hadis dengan Ilha’s Fair. Selain itu strategi penyebaran hadis bisa melalui komunikasi baik dengan media sosial maupun panggung. Langkah yang tidak kalah penting adalah bagaimana membuat sebuah studi hadis viral dengan kerja sama menyebarkannya secara masif.

  “Selamat kepada panitia, acaranya lancar dan pembicaranya pas di bidangnya” ungkap salah satu dosen Ilmu Hadis memberikan ucapan kepada HMPS setelah berakhirnya acara webinar. “Ilha’s fair ini sekaligus sebagai bukti bahwa studi Ilmu Hadis tidak lagi dipandang kuno dan stagnan pada itu-itu saja, tetapi mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis bisa mengemasnya dalam kegiatan yang sangat menarik dan milenial” Ungkap Ketua Prodi Ilmu Hadis, Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag. [Red.]

Tracer Study & Webinar Prodi IAT IAIN Salatiga: Menilik Peluang Alumni Program Studi IAT, Karir, Profesi, Peluang Beasiswa dan Entrepreneurship

FUADAH- Senin, 11/10/2021 Program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir mengadakan kegiatan tracer study dan webinar yang bertujuan untuk melacak kegiatan para alumni program studi Ilmu Al-Quran dan tafsir di berbagai bidang. Mengusung tema “Menilik Peluang Masa Depan Alumni Program Studi Ilmu AL-Quran dan Tafsir: Karir, Profesi, Peluang Beasiswa dan Enterpreneurship”.  dilaksanakan secara virtual melalui media zoom meeting pada pukul 08.30 WIB sampai 11.30 WIB.

Menghadirkan tiga narasumber sekaligus yaitu Farid Hasan, M. Hum, (Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Salatiga), Mukhammad Saifunnuha, S. Ag, M.A. (Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Salatiga dan sebagai Awardee PMLD Kemenag 2019) serta David Habibie (Ketua Forum Bisnis dan Investasi BPC HIPMI Wonosobo, Owner CV. Danafa Perkasa Grup).

Acara dibuka oleh Drs. Abdul Syukur, M. Si (Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan) dan dimoderatori oleh Siti Robikah, M. Ag, (alumi prodi IAT IAIN Salatiga dan Dosen IAT IAIN Salatiga). Sebagai pembicara pertama Farid Hasan, M.Ag menjelaskan mengenai prospek alumni IAT IAIN Salatiga. Kuliah di IAT Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga bukan berarti tidak memiliki masa depan. Setiap mahasiswa mempunyai skill yang bisa dikembangkan dengan berbagai cara. Mengasah skill menjadi kunci utama untuk alumni bergerak di berbagai tempat. Meski menjadi mahasiswa IAT, bukan berarti tidak diperkenankan untuk belajar keilmuan lain. Setiap alumni juga harus belajar berbagai bidang agar mampu menaklukkan segala keadaan. Banyak profesi yang kini menerima lulusan IAT seperti penyuluh agama, pentashih mushaf Al-Quran, Tenaga pengajar, Penghulu dan beberapa bidang yang lain. Maka dari itu tidak ada lagi stigma lulusan IAT Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora memiliki masa depan suram.

Materi kedua dilanjutkan oleh Mukhamad Saifunnuha, S. Ag, M.A. dalam kesempatan ini ia menjelaskan tentang tips dan trik sukses beasiswa. Sebagai alumni yang mendapatkan beasiswa PMLD Kemenag, ia mengajak seluruh mahasiswa dan alumni untuk mencoba apply beasiswa.

 “Berbagai beasiswa telah dibuka oleh pemerintah seperti LPDP, IMD, PBSB dan berbagai beasiswa yang lainnya. Beasiswa ini dapat diraih oleh mahasiswa dan alumni yang sudah mempersiapkan sejak dini skill beasiswa dan berbagai persyaratan yang dibutuhkan. Pendaftaran beasiswa diawali dengan berbagai seleksi baik administrasi, wawancara dan berbagai seleksi lainnya. Maka dari itu seorang pendaftar beasiswa harus mempersiapkan secara totalitas proses seleksinya.” Terangnya. Lanjut materi ketiga oleh David Habibie.  Ia menjelaskan tentang tips dan trik menjadi enterpreneurship.

“Pola pikir enterpreneur sudah dimiliki oleh seluruh mahasiswa. Pola pikir ini terbentuk ketika seorang mahasiswa menulis tugas akhir. Seorang enterpreuneur harus bisa melihat adanya peluang atau momentum usaha. Setiap usaha dapat berkembang dengan pesat jika memiliki inovasi dan kreatifitas yang berbeda dengan yang lainnya. Jika ingin menjadi seorang enterprenuer juga harus paham adanya sunrise dan sunset industri. Hal inilah yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha. Bisakah Alumni IAT menjadi seorang enterpreuneur?, Alumni IAT juga mampu bersaing menjadi seorang enterpreneur”. Pungkasnya

Tracer study dan webinar ini berlangsung kurang lebih dua setengah jam yang dihadiri secara virtual oleh 91 peserta baik dari  alumni dan mahasiswa Prodi IAT IAIN Salatiga. Tarcer study dan webinar ini sekaligus menjadi momen menyapa para alumni dan mengetahui kegiatan alumni setelah lulus dari IAT IAIN Salatiga. Tidak hanya itu, mahasiswa juga mendapatkan ilmu tentang beasiswa dan enterpreneurship.[Red.]

HMPS AFI MENGAJAR BATCH II : PENGABDIAN KAMI, UNTUK NEGERI!

Desa Kenteng, Kec. Susukan Salatiga– Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan “HMPS AFI Mengajar Batch II” yang dilaksanakan pada hari Jum’at (15/10/2021) di TPQ An-Nur Desa Kenteng Kecamatan Susukan. Acara tersebut dihadiri oleh pengurus HMPS AFI. Hadir pula Sakhatun Khasanah demisioner Ketua HMPS AFI 2019 yang ikut berpartisipasi kegiatan tersebut. Erinda Rizka Khaolina, sebagai koordinator menjelaskan bahwa sasaran progam HMPS AFI mengajar ini adalah anak-anak TPQ An-Nur, yang terdiri dari tingkat TK sampai dengan jenjang SD.

Adanya kegiatan ini memberikan edukasi pada anak-anak TPQ An-Nur Desa Kenteng, Kec. Susukan pada masa peralihan pandemi ini tentang pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar serta selalu menerapkan protokol kesehatan. Rangkaian kegiatan HMPS AFI mengajar ini dimulai dari pembukaan, lalu peragaan cara mencuci tangan yang baik dan benar serta pentingnya menjaga protokol kesehatan di era peralihan pandemi dan dilanjutkan dengan melantunkan salawat bersama sekaligus untuk memperingati Maulid Nabi MUhammad SAW. Pengurus HMPS AFI yang melakukan kegiatan pengabdian ini terbagi ke dalam beberapa tim sesuai dengan tugas masing-masing.

Kegiatan HMPS AFI MENGAJAR ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif dan meningkatkan kesadaran anak anak TPQ AN-NUR tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan dimasa Pandemi Covid -19. Ucapan terima kasih datang dari bapak Mastur, selaku pengurus TPQ An-Nur atas terselenggaranya kegiatan HMPS AFI MENGAJAR ini. “Terimakasih banyak kepada teman-teman IAIN Salatiga, semoga ke depan bisa berkunjung lagi dalam keadaan sehat dan lebih bahagia lagi”. (Red.)

Webinar Membumikan Al-Quran di Indonesia sebagai Kontribusi IAT Melawan Paham Radikalisme

Al-Quran yang diyakini oleh umat sebagai kalam Tuhan dengan cita-citanya yang sholih likulli zaman wa makan, pada praktiknya sering diartikan berbeda oleh sebagian orang. Kalam Tuhan yang tidak semua keterangan jelas termaktub disana, justru sering menimbulkan pertikaian antar umat Islam itu sendiri. Paham-paham fundamental terhadap Al-Quran terkadang mengancam nilai-nilai humanis yang sebenarnya menyalahi spirit perdamaian yang dibawa oleh Islam. Dari kegelisahan inilah Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsri (IAT) Fuadah IAIN Salatiga menginisiasi webinar dengan judul Paradigma Tafsir Kontekstual dan Upaya Membumikan Al-Qur’an di Indonesia. Melalui aplikasi zoom cloud meeting webinar ini diadakan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 lalu. Hadir dalam webinar ini dua narasumber, Dr. KH. (HC) Husein Muhammad, Lc., pengasuh Ponpes Dar al-Fikr Cirebon dan pendiri ISIF Cirebon, serta Dr. KH. Ach Dhofir Zuhry, M.Fil. Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang.

Dr. Benny Ridwan Dekan Fuadah

Acara dibuka oleh Dr. Benny Ridwan Dekan Fuadah dan dimoderatori oleh M.K Ridwan, alumni prodi IAT IAIN Salatiga dan peneliti di bidang Tafsir. Mengawali materi, Dr. Ach Dhofir Zuhry, M.Fil sebagai pembicara pertama mengutip sebuah kaidah penting dalam penafsiran Al-Quran, yakni Al-Ibrah Bi Umum Al-Lafzdi Laa Bi Khusus Sabab, yang berarti suatu hukum diambil dari keumumam teks, bukan sebab-sebab yang khusus. Kaidah ini telah mendorong pemahaman keagamaan yang bersifat text oriented, sehingga pendekatan sejarah yang digagas oleh beberapa pemikir hukum Islam kontemporer belum juga menuai signifikansinya dalam kajian yang dilakukan. Bahkan pemberlakuan kaidah ini secara rigit akan menegasikan asbāb al-nuzūl dari kajian ilmu-ilmu al-Qur’an. Dalam hal ini pemateri menilai kaidah tersebut harusnya lebih dipahami sebagai dogma teologis dari pada sebagai langkah metodologis dalam kajian hukum Islam. Sehingga eksplorasi aspek historisitas wahyu tidak terabaikan.

Dr. Ach Dhofir Zuhry, M.Fil

Beliau menutup materinya dengan menyatakan bahwa konteks peperangan yang dijalani oleh nabi Muhammad, semuanya bersifat defensive, bukan ofensif. Peperangan yang dilakukan oleh Nabi SAW bersifat perlindungan dan menjaga nilai-nilai perdamaian. Sehingga, pada konteks hari ini, memerangi orang-orang yang dianggap kafir dan musyrik tidak memiliki legitimasi otentik dari teks Al-Quran maupun fakta sejarah Islam.

M.K Ridwan, alumni prodi IAT IAIN Salatiga dan peneliti di bidang Tafsir

Pemaparan materi kedua diberikan moderator kepada Habib Husein Muhammad. Beliau memulai materi dengan memantik pertanyaan “Haruskah Al-Quran diturunkan ke dunia? Apakah akal manusia tidak cukup dijadikan solusi bagi penyelesaian permasalahan-permasalahan manusia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan atau topic pembicaraan utama. Pemateri menjelaskan bahwa visi utama penurunan alquran ialah untuk membebaskan manusia dari kungkungan kebodohan, tidak hanya kebodohan intelektual, tetapi juga kebodohan moral. Al-Quran sangat menentang adanya eksploitasi kemanusiaan seperti perbudakan, poligami tanpa batas. Al-Quran juga mendorong terjadinya transformasi kehidupan sosial-ekonomi, yakni terwujudnya keadilan ekonomi, kesetaraan gender, dan kedaulatan kemanusiaan. Oleh karena itu, alquran turun membawa pesan illahi sebagai solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan kehidupan umat manusia sepanjang masa.

Dr. KH. (HC) Husein Muhammad, Lc.

Pemberian materi berlangsung kurang lebih selama satu jam dan diakhir dengan pemberian contoh proses kontektualisasi penafsiran Al-Quran yang mengambil contoh Surat an-Nisa ayat 3 ayat 34 yang berbicara tentang superioritas posisi laki-laki atas perempuan. Menurut beliau, ayat tersebut tidak berbicara atau tidak sedang mendiskriminasi perempuan dan tidak pula mengunggulkan laki-laki. Alquran secara tegas menyatakan bahwa hanya sebagian laki-laki saja yang telah dilebihkan, yang berimplikasi bahwa tidak semua laki-laki dapat menjadi pemimpin dan superior. Keunggulan dalam ayat tersebut menurut pemateri disimbolkan dengan akal. Sebagaimana manusia pada umumnya, kaum perempuan juga memiliki akal, sehingga mereka sama-sama memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama berhak untuk menjadi seorang pemimpin.

Webinar yang berlangsung kurang lebih selama tiga jam ini dihadiri secara virtual oleh 368 peserta yang berasal dari berbagai institusi dari berbagai daerah. Webinar ini sekaligus menjadi kontribusi nyata Prodi IAT Fuadah IAIN Salatiga dalam rangka mewujudkan moderasi agama yang selalu digaungkan oleh Kementerian Agama RI saat ini. Wallahu a’lam bi shawab (Red.)

WORKSHOP KEPENULISAN IAT: TUMBUHKAN MINAT LITERASI SEJAK DINI

FUADAH- Sabtu, (18/09/2021) dalam rangka mengasah potensi literasi mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga, adakan Workshop Kepenulisan dengan tema “Membangun Karya Untuk Menggali Potensi Literasi Mahasiswa Sebagai Pondasi Negeri”.

Mengusung konsep kegiatan dengan semi offline yaitu peserta sebagian menggunakan zoom dan sebagian hadir di tempat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak.

Dihadiri Wakil Dekan II (Dr. M. Ghufron, M.Ag.) dan Sekretaris Prodi IAT (Farid Hasan. M.Hum.) dalam kesempatan ini, Wakil Dekan II menyampaikan agar selalu meningkatkan minat literasi dan kepenulisan terlebih lagi mahasiswa sebagai Agent of Change, guna menyongsong Indonesia Emas.

Melanjutkan acara Training Kepenulisan dan Penelitian yang diadakan Maret lalu, dengan pemateri Neny Muthi’atul Awwaliyah, M.Hum (Dosen IAT IAIN Salatiga) dan Siti Robikah, M.Hum (Dosen IAT IAIN Salatiga)

Neny menyampaikan, memahami karakteristik literasi sangat membantu seseorang dalam meningkatkan keilmuan dan engagement setiap karya tulis, melalui perbaikan relasi dalam minat membaca. Ia juga menambahkan kepenulisan yang bagus cenderung mengandung unsur kebaruan. Bisa berupa tema yang baru, bisa juga berisi informasi dan pengetahuan yang baru. Baik emosi maupun narasi  ataupun sudut pandang (important unsure).

Lanjut pemateri kedua, Siti Robikah menyampaikan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang positif. Menuangkan gagasan, ide dan pendapat dari sebuah tulisan. Karenanya dengan menulis kita dapat meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diuraikan.

Akhir kata ia berpesan, tidak ada alasan untuk tidak menulis. Menulis adalah keterampilan semua orang. Menulis tidak hanya menyalurkan pendapat, tetapi juga dapat mengalihkan pendapat. (red.)